Palagan, sebuah kawasan yang kini berkembang pesat di Sleman, Yogyakarta, tak hanya dipadati oleh deretan tempat makan, kafe kekinian, dan deru kendaraan. Di tengah riuh aktivitas itu, berdiri sebuah kedai kecil sederhana yang menawarkan kesegaran di siang yang panas: Es Oyen Bandung khas Lutfi. Terletak tepat di Jl. Palagan Tentara Pelajar Km 8.3, depan Little Goo dan samping apotek, kedai ini menjadi salah satu destinasi favorit para pencinta minuman dingin yang ingin melepas dahaga dengan cita rasa manis, lembut, dan segar.
Lutfi mengawali kariernya di tahun 2014 sebagai pegawai di salah satu kedai es oyen milik orang lain di Yogyakarta. Selama tujuh tahun lamanya, ia menjalani rutinitas kerja yang cukup melelahkan dan penuh tantangan. Bukan hanya soal jam kerja yang panjang, tetapi juga sistem kerja rolling atau bergilir yang memaksanya harus berpindah-pindah tempat. “Kalau kerja sama orang capek, Mas, karena ada sistem rolling-nya. Saya dulu di Jalan Kaliurang, Sleman, terus dipindah ke Bantul. Kan jauh sekali ya, Mas,” ungkap Lutfi mengenang masa-masa itu.
Rasa lelah dan keinginan untuk berkembang mendorongnya mengambil keputusan besar. Pada tahun 2021, Lutfi memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dan memulai usaha sendiri. Sebuah keputusan yang tidak mudah, apalagi ketika menyangkut kestabilan ekonomi keluarga. Namun, dorongan untuk mandiri, serta bekal pengalaman bertahun-tahun dalam meracik es oyen, memberinya kepercayaan diri untuk mencoba. Ia mengawali usahanya secara mandiri pada tahun 2022 dengan membuka kedai pertamanya di daerah Condong Catur, Sleman. Lokasi tersebut cukup strategis, namun setelah beberapa waktu, Lutfi merasa perlu mencari tempat yang lebih potensial dan ramai. Maka, ia memindahkan usahanya ke Palagan, sebuah daerah yang dikenal sebagai salah satu jalur sibuk di Sleman.
Kedai barunya di Palagan mulai menarik perhatian banyak pelanggan. Meski hanya berupa bangunan sederhana, dengan spanduk yang tidak mencolok, kedai ini memiliki daya tarik tersendiri. Keunggulannya terletak pada rasa dan kesegaran es oyen yang dijual. Dalam satu hari, Lutfi bisa menjual puluhan hingga ratusan gelas es oyen, tergantung cuaca dan jumlah pelanggan. Namun, ia juga menyadari bahwa usaha kuliner tidak pernah benar-benar stabil. “Namanya jualan, pasti ada naik turunnya. Setelah buka usaha sendiri, jualannya cukup stabil, tapi tahun ini lumayan menurun,” kata Lutfi dengan nada realistis. Ia menduga faktor cuaca yang lebih sering hujan serta kondisi ekonomi masyarakat bisa jadi penyebab menurunnya omset.
Setiap hari, Lutfi membuka usahanya sejak pukul 10 pagi hingga pukul 8 malam. Meskipun ia bekerja sendirian tanpa karyawan tetap, semangatnya tidak surut. Bahkan ia menyimpan cita-cita untuk bisa mengembangkan usahanya lebih jauh ke depan. “Saya pengen bisa ngajak orang kerja bareng nanti. Nambah karyawan, terus bikin cabang. Doakan saja ya, Mas,” ungkapnya penuh harapan. Baginya, usaha ini bukan sekadar mencari penghasilan, tetapi juga menjadi jalan untuk mandiri, berbagi rezeki, dan mewujudkan impian kecilnya.
Kini, di tengah menjamurnya minuman kekinian yang datang dan pergi dengan cepat, kedai es oyen milik Lutfi tetap bertahan. Ia tidak menjual sesuatu yang "tren sesaat", melainkan menawarkan rasa yang autentik dan menggugah nostalgia. Bagi sebagian besar pelanggannya, datang ke kedai ini bukan hanya soal membeli minuman dingin, tetapi juga merasakan kehangatan dalam setiap pelayanan, serta menikmati es oyen yang diracik dengan sepenuh hati.
Dari kedai kecil di pinggir jalan, Lutfi membuktikan bahwa keberanian untuk memulai, kerja keras, dan ketulusan dalam menjaga kualitas adalah kunci menuju kesuksesan. Cerita hidupnya bukan hanya tentang semangkuk es oyen, melainkan tentang semangat bertahan dan berkembang di tengah tantangan hidup. Palagan mungkin panas di siang hari, tapi bagi siapa pun yang mampir ke kedai Lutfi, ada kesegaran dan inspirasi yang bisa dibawa pulang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI