Mohon tunggu...
Catatan_98
Catatan_98 Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

terpaksa aku bercerita lewat kata, semua isinya seperti di depan mata. kutanya pada para bayang perihal ia terus melekat, yang semakin dekat dan buatku sukar memberi pendapat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mitos Aceh

6 Mei 2020   09:50 Diperbarui: 6 Mei 2020   09:52 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

WANITA DAN KUNTILANAK 

MITOS DI ACEH

Fonomena wanita dan kuntilanak di Aceh. Hal ini menjadi hal yang akan di bahas secara terus menerus yang menjadi perbincangan hangat disetiap musim yang silih berganti. Mitos tersebut seakan terbayang sesosok perempuan yang telah menjelma menjadi makhluk halus. 

Perbincanagan kuntilanak yang dianggap orang Aceh sebagai hantu yang berasal dari perempuan yang meninggal akibat persalinan ketika melahirkan anaknya ataupun bayinya yang belum sempat dilahirkan. 

Penampakkan kuntilanak ini biasanya ditemui pada malam hari dalam wujud sesosok tubuh yang terbungkus kain putih atau nama dengan sebutan  masyarakat Aceh "burung punjot".

Kuntilanak berasal dari perempuan yang sudah meninggal karena melahirkan dan lupa melepaskan tali pengikat kafannya ketika hendak di tutup kuburnya. Dalam ungkapan(Rusdi Sufi, 1998). 

Disamping itu, ada juga mitos yang berkembang di Aceh yang tidak terlepas dari kaum perempuan, mitos yang sering disebut Burong Tujoh misalnya. Sebutan burong tujoh selalu saja digambarkan berbentuk dalam wujud perempuan dengan sebuah lubang besar di punggungnya, sekilas kalau kita bayangkan tidak beda jauh dengan bentuk kuntilanak, konon dalam sejarahnya makhluk halus tersebut hidupnya tidak terlalu bersih dan benar dan mengalami ajal kematiannya yang dianggap tidak wajar. 

Burung tujoh yang diakui keberadannya oleh sebagian orang yang berbentuk mayat hidup terbungkus kain kafan. Bila ia berjlan kakinya di menginjak ke tanah. 

Suaranya terdengar seperti suara burung yang perempuan menangis sedih bersenandung irama yang begitu menyengat ketika di dengar (di aceh suara itu dikenal dengan suara bunyi "me 'i-'i'', yang menagis tersendu sendu senda) sesuai dengan suasana dan waktu ia berperan (Husainy Isma'il, 1978).

Perkembangan mitos ini berkembang dengan begitu cepatnya dikalangan masyarakat Aceh, seirng dengan perkembangan mitos ini lama kelamaan seolah pudar ditelan era globalisasi, mereka tidak mempercayai adanya mitos kuntilanak dan burung tujoh terebut, anggapan mereka saat ini hal mitos ini halyang tidak masuk akal dan bersifat takhayyul kalau dilihat keberadaan yang sebenarnya. 

Akan tetapi, tidak berlaku terhadap masyarakat yang tinggal di daerah pendalaman yang jauh dari kota serta yang jauh dari perkembangan moderen yang tetap meyakini mitos ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun