Mohon tunggu...
Aryanto Husain
Aryanto Husain Mohon Tunggu... photo of mine

Saya seorang penulis lepas yang senang menulis apa saja. Tulisan saya dari sudut pandang sistim dan ekonomi perilaku. Ini memungkinkan saya melihat hal secara komprehensif dan irasional.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Pejabat Hancurkan Modal Sosial, Siapa yang Bayar Tagihannya?

22 September 2025   05:45 Diperbarui: 22 September 2025   11:27 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Jas dan jasi pejabat. (Sumber: KOMPAS/VHY)

Flexing, penyalahgunaan kekuasaan, politik transaksional, korupsi dan inkonsistensi janji adalah contoh nyata dari sekian banyak hal yang bisa membuat kepercayaan publik tergerus. Ketika pejabat melanggar norma, masyarakat belajar. "Kalau pemimpin bisa, kenapa saya tidak?"

Richard Thaler, tokoh ekonomi perilaku, melalui konsep nudge menjelaskan bahwa pemimpin atau institusi adalah choice architect. Jika pejabat publik memberi contoh buruk, dia sebenarnya sedang menciptakan nudge negatif, yakni mengarahkan masyarakat pada perilaku oportunis dan permisif.

Pertanyaannya sekarang, siapa yang membayar tagihannya?

Tagihan itu tidak dibayar oleh pejabat yang bersalah, melainkan oleh masyarakat luas. Mereka bisa membayar dengan kontan. Secara sosial, gotong royong di tengah masyarakat melemah, solidaritas luntur, masyarakat makin individualis. Secara politik,  partisipasi publik merosot, apatisme meningkat, dan demokrasi kehilangan vitalitasnya.

Teori prospect menjelaskan bahwa manusia lebih takut kehilangan (loss aversion) daripada tertarik dengan keuntungan baru. Ketika kepercayaan publik hilang akibat ulah pejabat, rasa kehilangan itu jauh lebih dalam dibandingkan manfaat kebijakan yang mungkin diberikan. Akibatnya mereka menjadi resisten terhadap kebijakan.

Negara menerima akibatnya. Pajak yang seharusnya adalah kontribusi warga terhadap negara dianggap beban, pelayanan publik yang sudah dioptimalkan, masih dirasa tidak adil.Jika aksi penyampaian aspirasi damai berubah anarkis, negara menerima dampaknya, rusaknya fasilitasi publik.

Parahnya, negara kehilangan waktu dan energi. Waktu dan energi yang seharusnya digunakan untuk inovasi dan pembangunan keluar dari jebakan middle-income country justru dihabiskan untuk mengatasi dampak korupsi dan ketidakpercayaan.

Runtuhnya modal sosial adalah krisis yang lebih dalam dibanding krisis finansial. Negara bisa kembali mencetak uang, tetapi kepercayaan tidak.

Sekali hilang, sangat sulit untuk direstorasi. Saat seorang pejabat publik menghancurkan modal sosial,  tagihannya harus dibayar oleh seluruh masyarakat, sekarang dan di masa depan.#

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun