Mohon tunggu...
Aryadi Noersaid
Aryadi Noersaid Mohon Tunggu... Konsultan - entrepreneur and writer

Lelaki yang bercita-cita menginspirasi dunia dengan tulisan sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Catatan Tepi] Misteri Malam Kelam

25 Juli 2018   20:20 Diperbarui: 25 Juli 2018   20:22 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Sst..diam!" peritah mbak partini ketika suara tangis saya terdengar ditelinganya. Saya tak lagi menangis tetapi suara aneh terdengar mirip tangisan masih saja terdengar. Kembali ia menepuk bokong saya menyuruh diam dan saya hanya mampu melihat pemandangan dibelakang.

Tatapan saya mendongak keatas ketika bulan nampak di balik pohon-pohon yang lebat. Anehnya diatas sana sesosok cahaya putih dan membentuk hologram menyerupai manusia yang berambut panjang sedang meliuk-liukan tubuhnya didahan tertinggi disamping bulan yang bulat sempurna.

Saya menetap tak putus ketika mbak Partini terus melangkah kedepan sementara saya yang digendong menghadap kebelakang tak henti menatap dua sosok yang malam itu begitu bersinar, sosok bulan berinar terang dan sosok perempuan yang meliuk-liuk diatas dahan rimbun dipohon besar. Suara tangis bercampur tawa tak bisa dibedakan dan saya merasakan langkah mbak Partini semakin cepat, bahkan terasa berlari, nafasnya terengah-engah dan tak sekalipun ia menengok kebelakang,
Tawa itu menghantar pelarian kami menembus gelapnya malam, senggukan saya terhenti, saya tak dapat melepaskan pandangan pada dua sosok yang kian mengecil dan menjauh, tawa itu tak hilang, tangis itu tak juga lekang oleh jarak malah makin menjelas ditelinga.

Malam itu kami menembus kebun yang gelap dengan tergesa, amat tergesa dan berhasil melaluinya hingga bertemu rumah pertama dipinggir kebun itu. Nafas mbak Partini terus memburu hingga kami tiba didepan rumah. Saya tak lagi mengingat kekecewaan ditinggal bapak dan ibu, yang saya ingat hingga kini adalah sebuah misteri yang tersimpan dalam otak saya yang masih semuda itu. Apakah itu kesempatan pertama dan terakhir dalam hidup saya menatap mahluk yang konon bernama MBAK KUNTI?

Cuma Tuhan yang tahu! Saya enggan melukiskan dengan kata-kata bagaimana sosok yang hingga kini masih terekam baik di memori otak saya yang semuda itu.

"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku". (QS. Adz Dzariyat : 56)

-From the desk of Aryadi Noersaid-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun