Mohon tunggu...
Arya BayuAnggara
Arya BayuAnggara Mohon Tunggu... Menulis untuk mengingat luasnya dunia

Menyukai caffeine dan langit biru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Satu Komentar Membuat Ingat Banyak Hal

19 Mei 2025   19:21 Diperbarui: 19 Mei 2025   19:21 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebuah komentar di IG membuat penulis bergidik geli. "Gimana agama BTS!?" Sebuah kicauan baru yang mengingatkan kepada memori lama yang dulu sempat menggema. Tentang fanatisme yang lebih dari sekedar kesukaan. Yang coba melabrak semua demi mereka yang disukai, pun yang disukai tidak sepenuhnya paham mereka. 

Kalau suka menyelam di media sosial, tipikal begini cukup mudah dijumpai. Entah mengapa, algoritma berpihak kepada mereka. Tidak dicari, mereka datang sendiri. Satu hal yang pasti tidak luput dari dinamika mereka, yaitu kecenderungan untuk berdebat secara maya dengan netizen lain demi sang pujaan.

Berbicara militansi mereka di dunia nyata, pernah juga terjadi kehebohan yang diresonansikan di dunia nyata. Dulu, sempat terjadi kerjasama antara BTS dengan salah satu foodchain di Indonesia. Dengan basis penggemarnya, terjadi lonjakan permintaan, sampai-sampai para ojol mengantri lama demi mendapatkan orderan yang jelas itu, yaitu menu khusus kolaborasi ini. 

Memang, perlahan-lahan hype menghilang. Bahkan, entah berapa banyak orang awam yang masih mengingat kejadian BTS dan salah satu foodchain itu. Namun, tentu fanbasenya masih ada, dan berbagai drama dan intrik (Terutama di media sosial) masih ada. 

Kembali, fenomena ini adalah salah satu bentuk pengidolaan di zaman modern ini. Tidak adil rasanya kalau memandang para fans BTS cuma menggemari para idol sekedar karena visual, meski hal ini adalah salah satu faktor. Lagipula, memang karya-karya grup bersangkutan memiliki keunikan dan daya hook tersendiri. Belum lagi kehadiran mereka di berbagai acara di Korea sendiri, atau tour dunia, yang pastinya diikuti progresinya oleh para fans. Dalam hal ini, gacornya manajemen BTS dari sisi marketing juga patut diacungi jempol. 

Cuma, begitulah. Dikarenakan fanbase besar, maka spektrumnya juga lebar. Yang begitu radikal ada. Sampai-sampai melakukan apapun untuk membela para idola. Tidak heran, hal ini menjadi ledekan, bahwa seakan-akan fragmen dari fanbase BTS begitu memuliakan para idol selayaknya figur nabi-nabi. 

Hal serupa juga pernah terjadi ketika Bowo Alpenliebe naik pamor. Ketika artis TikTok itu sedang digandrungi, sempat ada grup fanbase di salah satu media sosial, dan percakapan grup bocor ke publik. Sampai-sampai ada fragmen fanbase yang ingin membentuk agama baru dan menjadikan Bowo sebagai deitas tertingginya. Benar, tren sudah berlalu, dan semua tenggelam.

Menjadi pertanyaan memang, apakah keterikatan yang kuat demikian, antara sesama fanbase dan fanbase kepada idolanya, juga berlaku antara anggota fanbase dengan keluarga inti dan besar, dan orang terdekat mereka? Secara jalinan koneksi dari fanbase sangat berkesan hiperrealitas. Tentu, konsep hiperrealitas ini perlu dianalisa dari dua konsep pentingnya, yaitu simulakra dan simulasi. Tapi, penulis cukupkan di sini dulu sebab belum terjangkaunya oleh penulis ranah simulakra dan simulasi secara mendalam. Namun, penulis memang meyakini bahwa kecenderungan fanbase BTS dengan para idol adalah sesuatu yang hiperrealitas. 

Fanbase memiliki usia, dan menjadi hal yang menarik juga untuk diusut, apakah fanbase yang bertambah usia dan kesibukan masih memiliki pola yang sama dengan yang masih muda, atau mulai mengalami pergeseran pola, bahkan nilai?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun