Mohon tunggu...
Muhammad Azry Zulfiqar
Muhammad Azry Zulfiqar Mohon Tunggu... Ilustrator - Independent Writer

Coffee, Fee, Fee muhammadazry34@gmail.com Blog: https://horotero.wordpress.com/ Bekerja dan mencuri waktu berselingkuh dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Ibu, Kutemukan Pelajaran

4 Desember 2020   10:32 Diperbarui: 4 Desember 2020   11:00 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat Aku memasuki kompetisi akademik dan non-akademik, menang ataupun kalah Ibu mengajarkan Aku menjadi seorang yang berjiwa besar. Kata-katanya yang paling diingat dan melingkar dikepalaku adalah "semua ada hikmahnya" yang berarti Ibu menilai dari usahaku disaat banyak orang lain yang mencemooh.

Dalam menjalani hidup, kebaikan dan keburukan pasti datang silih berganti. Aku ingin menjadi pribadi yang baik walau Aku tidak sempurna. Aku selalu ingat Ibu dan membuat Aku memacu energi positifku. Jika dalam pergaulan yang berpotensi negatif, Aku ingat wajah Ibu yang seakan melarangku. Aku melihatnya Ia berkata "Jangan" dan mengurungkannya. Semua karena Ibu yang menjadi batas dalam melindungi Aku dari perbuatan tak baik.

Entah mengapa Ibu seakan menjadi yang pertama dalam membentuk diriku. Mengapa? karena anak kecil yang dulu belum mengerti apa-apa kini sudah berkembang. Layaknya penuntun dan memberikan petunjuk. Jika aku salah, Ia mengingatkan dan jika terkadang Aku belum tahu, Ia pasti mengingatkan. 

Hingga setiap dimanapun, kapanpun dan kabar apapun pasti Ibu lah yang pertama kukabari. Aku tidak lebih dulu bercerita kepada teman, saudara ataupun yang lainnya. Mengapa? Karena Dialah yang pertama bertemu Aku ketika dilahirkan dari dalam perutnya. Dia yang bisa dan tahu caranya memahamiku. 

Ibu menjadi yang pertama dan Ia adalah seorang pribadi yang menjadi sekolah pertamaku. Sekolah yang lebih dari sekolah dalam hal mengajari arti hidup, inti kebaikan, makna perjuangan, membentuk diriku dan semua yang mungkin tidak akan bisa kuingat karena Aku lelah menghitung perjuangannya sebab sangatlah banyak.

Ibu, sekarang Aku sudah bisa memilih jalan hidup. Aku menjadi pribadi yang dewasa tapi tidak bisa membohongi diri bahwa Aku masih butuh Ibu. Hingga nanti ketika Aku menikah dan berkeluarga, Ibu berpesan kepada diri ini untuk memperlakukan wanita dengan baik siapapun pendamping diri ini nanti. 

Karena apa? Ia hanya ingin Aku membentuk Ibu yang baik bagi anak-anak kelak. Ibu selalu mendoakan supaya menjadi yang terbaik. Di hari dimana Aku telah dewasa ini Ibu mengajarkan Aku supaya terus menjadi contoh dan mengambil pelajaran dari Ibu untuk diwariskan lagi.

Ibu tidak meminta dan menagih apapun dariku. Ibu hanya ingin semua anak-anaknya menerapkan semua yang telah Ia ajarkan. Sejak dalam perut sampai saat ini, tidak satupun dan sepeser uang pun Ibu tagih kepadaku. Ibu, apa yang membuat Engkau begitu baik? semua orang tahu betapa sulitnya menjadi Ibu bukan? kenapa Ibu tidak capek dan lelah? Kenapa Aku tidak pernah melihat Ibu putus asa? Bolehkah anakmu yang payah ini mengucapkan terima kasih? bolehkah tangan ini menyentuh tanganmu yang tergores pengorbanan itu? Izinkan Aku Ibu.

Izinkan diri ini selalu mengucapkan terima kasih karena Ibu sekolah pertamaku. Berkata demikian memang penuh makna dan arti walau singkat. Semua boleh berkata mengapa kalimat tersebut sederhana tetapi Aku berbeda, Aku merasakan tiga kata tersebut lebih dari jutaan arti bahkan hampir tidak terbatas. Izinkan lagi Aku mengucap terima kasih, Ibu sekolah pertamaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun