Mohon tunggu...
Abahna Gibran
Abahna Gibran Mohon Tunggu... Penulis dan Pembaca

Ingin terus menulis sampai tak mampu lagi menulis (Mahbub Djunaedi Quotes)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Pak Kades Loncat dari Kamar lewat Jendela

16 November 2019   18:49 Diperbarui: 16 November 2019   19:02 2157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
IIlustrasi orang loncat dari jendela (Sumber: Tribunnews.com)

Sebenarnya warga sudah menaruh curiga. Hanya setiap selang dua malam saja, selalu kelihatan berkeliling kampung Tanjungsirna. Hanya saja alasan yang dikemukakannya kepada warga yang kebetulan bertemu, terutama kepada ronda malam, dirinya sedang mengontrol keamanan wilayah yang menjadi kekuasaannya tersebut.

Alasannya memang kuat. Belakangan ini sering terjadi pencurian. Beberapa warga tercatat kehilangan ternaknya dari kandang. Selain itu ada juga warga yang melapor padinya yang pagi harinya akan dipanen, ternyata sudah dibabat habis oleh maling pada malam sebelumnya.

Hanya saja yang menjadi pertanyaan warga, mengapa harus Pak Kades  sendiri yang turun langsung. Bukankah sudah ada aparat desa yang menangani masalah keamanan, yakni polisi desa -- yang di wilayah itu lebih akrab dipanggil Kulisi Desa? Mengapa pula hanya kampung Tanjungsirna saja yang lebih sering dikontrolnya. Bukankah desa yang dipimpinnya itu membawahi enam kampung?

Bahkan yang dianggap paling rawan keamanannya, adalah dua kampung lain. Sementara hingga saat ini, belum sekalipun terdengar ada pencuri yang menyatroni kampung Tanjungsirna. Walhasil kampung itu masih aman-aman saja.

Terlebih lagi sudah menjadi rahasia umum, sebelumnya Pak Kades seakan kurang memberikan perhatian terhadap kampung Tanjungsirna. Warga kampung itu pun telah merasa dianak-tirikan memang. Terutama dalam bantuan anggaran pembangunan.

Hal tersebut bisa jadi karena Pak Kades masih mendendam saat pemilihan kepala desa. Pasalnya  sebagian besar warganya merupakan pendukung rival yang dipecundanginya.

Tapi kenapa belakangan ini Pak Kades begitu rajin mengontrol keamanan ke kampung yang satu itu?

Entahlah. Sejauh ini warga kampung Tanjungsirna belum mendapat jawaban yang konkret atas sikap pimpinan di desanya itu yang berubah drastis. Bahkan terkesan sangat berlebihan. Terutama terhadap soal keamanan.

Hanya saja diam-diam ada beberapa warga yang merasa penasaran. Mereka pun kasak-kusuk mencari tahu duduk perkara yang sesungguhnya.

***

Pada malam Jum'at, atawa Kamis malam, suasana di kampung Tanjungsirna begitu sepi-saupi. Gelap mendekap. Berhubung aliran listrik belum sudi mendekat. Ditambah mitos yang diyakini warga, malam Jum'at adalah saatnya makhluk gaib berupa kuntilanak, jin, dan memedi berkeliaran. Maka selepas shalat isya  sudah banyak warga lebih memilih untuk segera mengunci pintu. Lampu teplok dipadamkan. Kemudian beranjak ke dalam kamar untuk segera berharap mimpi yang indah.

Hanya di pos kamling saja tampaknya yang masih ada kehidupan. Dua petugas ronda sedang menghangatkan tubuhnya di dekat api unggun di samping poskamling. Sementara sejumlah teman satu regunya sedang berkeliling kampung.

Entah mengapa. Para ronda malam yang sedang berkeliling kampung malam itu tidak menabuh kentongan sebagaimana biasanya. Kentongan yang terbuat dari ruas bambu itu ditinggal bertumpuk di poskamling. Demikian juga lampu senter yang mereka bawa tidak dinyalakan secara berlebihan. Mereka lebih memilih menyusuri perkampungan dengan mengendap-endap dalam kegelapan malam.

Ternyata mereka mempunyai maksud tertentu. Salah seorang ronda mengabarkan kepada kepala regunya, bahwa saat ia hendak berangkat ke poskamling, dirinya melihat satu sosok yang berkelebat di samping rumah tetangganya. Hanya saja saat dirinya mendekat, sosok itu lari menjauh ke arah kebun pisang.

Oleh karena itu rombongan peronda itu pun akan mencoba untuk menyelidikinya. Jangan-jangan ada maling yang akan beroperasi di kampung mereka. Terlebih lagi tetangga yang dicurigai akan disatroni maling itu sedang ditinggal pergi ke kota oleh suaminya.

Maka saat mereka tiba di dekat rumah yang dicurigai bakal disatroni maling itu, masing-masing bersikap waspada. Dengan berbisik-bisik, kepala regu memerintahkan anggotanya untuk berpencar. Dan mengambil posisi yang tersembunyi di sekitar rumah itu.

Akan tetapi hampir satu jam mereka mengintip, tidak ada tanda-tanda yang mencurigakan. Hanya saja sudah sampai tengah malam begitu, di kamar tidur pemilik rumah yang mereka curigai, tampak masih ada kehidupan. Lampu teplok masih membiaskan sinar suramnya lewat celah daun jendela. Selain itu samar-samar terdengar suara berbisik-bisik dari dalam kamar.

Kepala regu ronda pun menegur anggota yang tadi memberi laporan yang mencurigakan itu. Dengan berbisik-bisik pula, tentu saja.

"Kata kamu tadi suaminya sedang pergi ke kota. Itu sekarang seperti brduaan dalam kamar!"

"Sungguh, Kang. Saya tahu persis keberangkatannya dua hari lalu. Malahan dia seperti biasanya selalu menitipkan keamanan keluarganya selama ditinggal ke kota," sahutnya.

"Lalu suara lelaki di dalam itu siapa?"

"Kang, jangan-jangan... "

"Kenapa memangnya?" tanya kepala regu penasaran.

Tapi bukannya menjawab pertanyaan kepala regu, orang itu malah mendekat ke dekat jendela kamar. Kemudian mencoba mengintip ke dalam lewat celah kecil daun jendela. Tak lama berselang ia pun kembali menghampiri kepala regu dengan langkah tergesa.

"Gawat, Kang!  Istri tetangga sedang berselingkuh!"

"Benar yang tadi kamu lihat seperti itu?"

"Benar. Saya kenal betul suaminya. Sedangkan ini sama sekali bukan suaminya. Tapi jelas yang mereka lakukan seperti siami-isteri saja kelihatannya."

Kepala regu ronda pun berjalan mendekat ke arah jendela. Untuk membuktikan laporan anggotanya, tentu saja. Tak lama kemudian dia kembali ke arah anggotanya. Lalu dengan isyarat tangan memintanya untuk memanggil teman-temannya yang masih berpencar jauh.

Setelah berkumpul,  seperti tadi kepala regu mengajak anggotanya untuk menyergap dua insan di dalam kamar itu. Selanjutnya  ketua regu menghampiri pintu depan rumah yang akan mereka sergap.

Kepala regu pun menggedor-gedor pintu seraya minta dibukakan kepada penghuninya.

Tak ada sahutan dari dalam. Sebaliknya tak lama berselangsalah seorang ronda melihat daun jendela kamar terkuak. Kemudian satu sosok pria meloncat dari dalam. Dan dengan terburu-buru menghilang di kegelapan.

Sontak ia pun berteriak memberitahu teman-temannya. Lalu mereka pun mengejar sosok tersebut.

Ahirnya dipersimpangan jalan buruan mereka tertangkap juga. Bisa jadi karena kelelahan diburu lima orang yang dibarengi penuh semangat. Burun mereka langsung diringkus. Dan saat lampu senter kepala regu ronda menyorot wajah buronannya, ternyata yang mereka buru adalah Pak Kades!

Kabar Pak Kades tertangkap basah karena berselingkuh dengan istri salah seorang warganya, begitu cepat ke seantero desa. Sebulan kemudian turun surat dari pemecatan dengan tidak hormat dari Bupati.

Hanya enam tahun ia menjadi Kades. Padahal kalau tidak berbuat selingkuh, pastinya ia akan menjadi kades selama delapan tahun. Sesuai undang-undang yang berlaku saat itu.***

*Kisah nyata yang terjadi pada tahun 1990

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun