Bagaimanapun rakyat semakin tahu kualitas seorang Fadli Zon, juga bagaimana manuver partai Gerindra yang malah begitu stagnan dengan bereforia di satu wilayah abu-abu nasionalisme, dan kedaulatan yang diperankan dalam politik identitas yang justru semakin memperlihatkan dicabik-cabiknya kebhinekaan yang sesungguhnya.
Bahkan selama ini rakyat melihat, Prabowo Subianto hanyalah bisa berslogan-ria saja. Tak secuil pun tindakan nyata berupa sikap berdekatan secara kasat mata dengan seorang jelata misalnya. Menyapa mesra rakyat yang hidupnya sengsara, dan diberi harapan dengan memberikan modal usaha. Sebaliknya Prabowo lebih banyak bicara di atas awan. Misalnya  sikut modal asing yang disebutnya sebagai bentuk ketidakberdayaan bangsa.
Sehingga tidak menutup kemungkinan, nasib Prabowo di 2019 pun tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Akan terus berkutat dalam keabadian calon yang tak berujung dengan buah yang menggembirakan.
Akan halnya Jokowi sendiri sebaiknya jangan dulu berpuas diri dengan posisi elektabilitasnya yang berada di urutan paling atas. Akan lebih bagus lagi kalau mantan Walikota Solo ini senantiasa berbenah diri, dan selalu mawas diri.***