Lembaga survei Indo Barometer merilis survei pada Minggu (4/12). Berdasarkan simulasi pertanyaan terbuka ke masyarakat, Jokowi masih menduduki kandidat terkuat dengan elektabilitas sebesar 34,9, sementara Prabowo hanya mencapai 12,1%.
Survei yang dirilis pada Minggu (26/11) menunjukkan elektabilitas Jokowi tetap unggul ketimbang Prabowo. Berdasarkan survei lima nama capres 2019. Jokowi mendapatkan elektabilitas sebesar 51,8%, sedangkan Prabowo 27%.
Lembaga Survey Populi Center
Hasil survei Populi Center dirilis pada Kamis (2/11). Hasilnya menunjukkan elektabilitas Jokowi masih unggul ketimbang Prabowo. Jokowi berada di peringkat pertama dengan elektabilitas mencapai 49,4%, sementara elektabilitas Prabowo mencapai 21,7%.
Lembaga Survei Indikator
Survei Indikator dirilis pada Rabu (11/10). Hasil survei menempatkan Jokowi sebagai kandidat capres terkuat dengan elektabilitas sebesar 47,3%. Elektabilitas Prabowo mencapai 19%.
Lembaga Survei Median
Survei Median dirilis pada Senin (2/10). Dalam survei ini lagi-lagi elektabilitas Jokowi tetap mengungguli Prabowo. Jokowi mendapatkan angka elektabilitas sebesar 36,2%, sementara Prabowo 23,2%.
Maka suka maupun tidak, cuitan dan komentar Fadli Zon yang dialamatkan terhadap pemeritahan Jokowi-JK belakangan ini merupakan manifestasi orang yang sedang dihinggapi kecemasan, atawa kepanikan luar biasa manakala harapannya dijegal oleh pahitnya kenyataan yang sulit dihindarkan lagi.
Akan halnya tanda-tanda orang yang sedang cemas, atawa panik menurut analisa para Psikolog di antaranya memang dapat dilihat dari sikap Fadli Zon tersebut. Berbicara asal saja, yang penting bisa melepaskan beban berat di hatinya.
Namun sayangnya seorang Fadli Zon bisa jadi termasuk politikus yang memang kurang memiliki kesiapan mental membaja. Sehingga sikapnya tersebut, yang awalnya mencoba untuk memancing di air keruh, justru malah menjadi bumerang bagi dirinya dan partai Gerindra sendiri, termasuk nasib Prabowo Subianto tentunya.