Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Surat Terbuka untuk Presiden Jokowi Menyoal Rapat Terbatas dengan Ketua Umum PSSI

26 Januari 2017   11:40 Diperbarui: 27 Januari 2017   12:03 1196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (Sumber Kompas.com)

Bapak Presiden Jokowi, dan Bapak Ketua umum PSSI

Konon, harga diri Presiden Jokowi sontak tersinggung ketika Ketum PSSI, Edy Rahmayadi, memamerkan foto gedung kantor pengurus sepak bola di Timor Leste dan Afghanistan yang terlihat lebih baik ketimbang gedung PSSI di kompleks GBK Senayan. Oleh karena itu pula, Jokowi langsung memberi perintah kepada para punggawanya yang terkait, yakni Menteri Sekretaris Negara, Menteri BUMN, dan Menpora untuk membuat kantor PSSI agar lebih baik dari kedua negara yang posisinya konon masih di bawah Indonesia itu.

Berita media yang muncul kemarin itu cukup mengusik insan pecinta cabor olah raga yang satu ini, termasuk saya, mantan pesepak bola tarkam, juga yang hingga saat memasuki usia senja masih tetap mencintainya. Betapa tidak, karena rapat terbatas kabinet yang membahas sepak bola baru terdengar kali ini dilakukan oleh Presiden. Sehingga bagi saya sendiri merasa tersanjung, betapa Presiden ketujuh, ini menaruh perhatian cukup besar terhadap sepak bola. Dan bisa jadi merupakan angin segar bagi kemajuan prestasi Timnas di masa mendatang.

Rapat terbatas yang membahas percepatan pembangunan sepak bola nasional di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (24/1), itu juga menghasilkan sejumlah arah kebijakan demi kemajuan sepak bola di negeri ini. Hanya saja dari kebijakan itu pun kiranya ada yang terlupakan oleh Presiden, maupun Ketua umum PSSI.

Adalah pemerataan kesempatan menyaksikan tayangan pertandingan sepak bola, baik event berupa turnamen, maupun kompetisi di negeri ini bagi seluruh insan pecinta sepak bola. Selama ini, pihak penyelenggara yang memberikan konsesi kepada stasiun televisi sama sekali tidak memperhatikan hal itu. Padahal sebagaimana dimaklumi, selain begitu luasnya Indonesia ini, juga sudah pasti letak geografisnya pun cukup mencolok perbedaannya antara satu wilayah dengan wilayah lain. Sehingga dampak dari penyiaran tayangan sepak bola, seperti TSC yang baru-baru ini diselenggarakan, mungkin saja bagi insan pecinta sepak bola, di samping mereka yang berkantung tebal, dan wilayahnya sudah terjangkau oleh televisi berlangganan, dan begitu pula dengan yang wilayahnya dapat terjangkau dengan baik oleh stasiun relay dari stasiun televisi yang menyelenggarakan tayangan tersebut masih bisa menikmatinya.

Tetapi apa lacur dengan para pecinta sepak bola yang jauh dari jangkauan televisi berlangganan, tidak bisa mengakses melalui antena UHF dengan baik, dan berkantung kempes pula, bisa jadi mereka hanya bisa menggerutu, dan gigit jari. Di pesawat televisi yang hendak mereka tonton, bukannya tayangan gegap-gempitanya suatu pertandingan sepak bola, yang muncul malah tulisan “DIACAK” dengan latar hitam legam. Karena selain di wilayahnya siaran televisi hanya bisa diakses melalui antena parabola, juga antena parabolanya pun merupakan hasil patungan warga satu kampung.

Hal itu tidak hanya dapat kita temui di wilayah perbatasan, yang teramat jauh dari Jakarta saja, tetapi di wilayah yang ada di pulau Jawa pun masih banyak kampung dan desa yang tidak mampu menjangkau tayangan televisi berlangganan, atawa antena UHF. Termasuk juga di wilayah tempat saya tinggal, di Tasikmalaya, Jawa Barat, yang jaraknya dengan Jakarta hanyalah ratusan kilometer saja.

Oleh karena itu, saya mengusulkan kepada Presiden, selain poin-poin kebijakan yang kemarin sudah disepakati, kiranya masalah pemerataan kesempatan menyaksikan tayangan sepak bola pun patut kiranya diperhatikan. Karena selain itu, dan ini bisa jadi ada kaitannya dengan salah satu kebijakan yang telah dituangkan tersebut, yakni sistem rekrutmen pemain, dampak yang paling jelas adalah gairah bermain sepak bola bagi anak-anak dan remaja di pelosok akan semakin meningkat.

Bukankah selama ini sudah terbukti dengan munculnya pesepak bola yang masuk timnas berasal dari berbagai pelosok kampung. Sebagaimana yang pernah dikisahkan mantan pelatih Timnas U-19, Indra Syafri, dirinya keluar dan masuk pelosok untuk menggali bakat muda, yang tercatat satu di antaranya Yabes Roni, anak kampung nun di NTT yang, katanya tidak bisa nonton televisi, kecuali menggunakan antena parabola. Dan kalau saja tempo hari Indra Syafri mau lebih jauh lagi, saya jamin akan banyak Yabes Roni-Yabes Roni lain yang tersebar di pelosok Tanah Air kita ini. Tapi itulah faktanya. Kesempatan untuk mengembangkan bakat mereka tidak ada sama sekali.

Sebagaimana di kampung saya saja. Saban tahun Dinas Pendidikan selalu menyelenggarakan Pekan Olah Raga bagi anak-anak di Sekolah Dasar. Salah satu cabor yang menyita perhatian, apa lagi kalau bukan sepak bola. Dari kegiatan itu dapat disaksikan dengan munculnya bibit pesepak bola berbakat. Namun karena pembinaan yang terhenti hanya sampai tingkat UPTD Pendidikan di masing-masing kecamatan, maka bakat-bakat itu pun berguguran, dan kalau pun bertahan, paling banter hanya akan menjadi pemain tarkam belaka.

Maka, suka maupun tidak, penyelenggaraan turnamen, atawa kompetisi sepak bola tingkat nasional –yang ditayangkan stasiun televisi, tentu saja, alangkah baiknya tidak ada lagi diskriminasi, antara pemirsa yang menggunakan antena parabola dengan antena UHF dan televisi berlangganan. Apabila memang pihak pemerintah dan PSSI memiliki itikad baik dalam hal pemerataan pembangunan sepak bola di tanah air.

Terima kasih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun