Pembahasan kedua setelah tema adalah meletakkan tokoh dalam karya Eka Kurniawan sebagai figur perjalanan cerita dua dunia berbeda. Tokoh dalam cerita sendiri sebenarnya terdiri dari 4 orang, tetapi lebih fokus kepada tokoh utama "Aku" dengan mencerminkan manusia yang terjebak antara kepercayaan tradisional dan kenyataan sehari-hari. Karena bahaya yang dihadapinya bukan hanya bahaya fisik, tetapi juga bahaya supranatural, dia sangat khawatir saat menjalankan tugas penjaga malam.
Tokoh "Aku" juga merepresentasikan dualitas antara kekuatan dan kelemahan manusia. Ia memiliki keberanian menjalankan peronda malam, tetapi juga dibayangi oleh kegelisahan dan keragu-raguan istrinya yang sedang hamil di rumah sendiri tanpa penjagaan. Hal ini menguatkan pendekatan karakter yang realistis tetapi tetap melekatkan unsur magis yang menjadi ciri khas karya Eka Kurniawan. Cerita tidak hanya menampilkan sebuah informasi pengetahuan, hiburan, dan sejarah. Melainkan, Integrasi tema dan tokoh dalam sebuah narasi. Konstruksi naratif cerpen ini sangat kuat karena kombinasi tema dan karakterisasinya. Tema misteri dan mistisisme menghidupkan perjalanan mistik karakter "Aku" dan menegaskan konflik internal yang menjadi inti cerita. Selain meningkatkan ketegangan cerita, suasana malam yang gelap dan kehadiran hantu bajang sebagai makhluk gaib meningkatkan gambaran psikologis karakter.
Ini menunjukkan bagaimana Eka Kurniawan berhasil menggabungkan elemen budaya lokal dengan kepercayaan gaib, yang dituangkan melalui karakter dan tema yang rumit dan memiliki makna sosial dan budaya yang signifikan.
Ruang refleksi sosial sebagai kehadiran tentang pengaruh kepercayaan tradisional yang masih ada di masyarakat modern. Melalui cerita pendek, tema dan tokoh dalam Penjaga Malam, dapat disimpulkan bahwa Eka Kurniawan memanfaatkan mistisisme sebagai medium untuk menampilkan realitas sosial dan psikologis yang kompleks. Tema misteri dan tokoh "Aku" yang menjalani perjalanan mistis memperkaya narasi dengan lapisan makna yang menggugah pembaca untuk memahami lebih dalam budaya dan kemanusiaan di balik kegelapan malam.
Karya ini bukan sekadar cerita seram, ini adalah refleksi mendalam tentang cara manusia mengatasi ketakutan, tanggung jawab, dan kepercayaan mereka di dunia yang tidak pasti.
Arsana Rendy Inrianto
DAFTAR PUSTAKA
Justine, F., Jodie, K., Alfajri, M. R., Syakir, M., Dilo, A. R. U., Hidayat, Z., & Kautsar, A. (2021). BUDAYA MENGAITKAN BERBAGAI PERISTIWA DENGAN HAL MISTIS OLEH MASYARAKAT INDONESIA. Jurnal Kewarganegaraan, 5(2), 603–603. https://doi.org/https://doi.org/10.31316/jk.v5i2.1953
Nurgiansah, T. H. (2020). Filsafat Pendidikan (1st ed.). CV. PENA PERSADA.
Ribó, I. (2019). Prose fictionan introduction to the semiotics of narrative. In Prose fictionan introduction to the semiotics of narrative. Open Book Publishers. https://doi.org/10.11647/OBP.0187
Yusril Hermansya, M., Subandiyah, H., & Hum, M. (2021). MOTIF MISTISISME PADA KARYA EKA KURNIAWAN DALAM ANTOLOGI CERPEN KUMPULAN BUDAK SETAN. BAPALA, 8(2).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI