Mohon tunggu...
arry wastuti
arry wastuti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger

Lahir di Jakarta, besar di Bandung, tinggal di Jogja. Suka bercerita juga di www.iniarry.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Music Over Nations": Sebuah Konferensi Internasional Yang Berupaya Menggali Jejak Persaudaraan Lintas Bangsa Melalui Musik

3 Juli 2021   16:01 Diperbarui: 3 Juli 2021   20:24 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembukaan acara oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno. (Dok : pribadi)

Dalam slide presentasinya Prof. Margaret Kartomi memperlihatkan aneka alat musik yang terpahat pada relief Candi Borobudur. Menurut Prof. Margaret, alat musik yang terdapat pada relief Candi Borobudur diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu : alat musik yang dipetik, contohnya lutes; alat musik yang dipukul, contohnya drums/gendang; dan alat musik yang ditiup, contohnya flutes/suling dan oboes/sarunai.

Sementara itu, di Candi Borobudur tidak ditemukan relief alat musik yang termasuk dalam klasifikasi alat musik yang ditarik (menggunakan senar) seperti Jews harp/genggong, dan alat musik yang diputar seperti bullroarers/gasing.

Pemaparan oleh pembicara pertama di sesi 1, Prof. Margaret Kartomi - Monash University, Australia. (Dok : pribadi)
Pemaparan oleh pembicara pertama di sesi 1, Prof. Margaret Kartomi - Monash University, Australia. (Dok : pribadi)

Pada paparan presentasinya Prof. Margaret juga menunjukkan bahwa alat-alat musik di relief Candi Borobudur memang dipakai atau diadaptasi bentuknya oleh suku-suku di Indonesia seperti conch shell trumpet (keong laut) yang digunakan oleh Suku Anak Laut di Kabupaten Natuna, dan juga suku bangsa di negara lain seperti misalnya mrdangga, yaitu alat musik pukul yang cukup populer di India. 

Di Indonesia, musik dan tari-tarian memegang peranan penting dalam berbagai acara kemasyarakatan, seperti misalnya upacara adat bersih desa, upacara adat perkawinan, dll. Dalam upacara-upacara tersebut berbagai alat musik acapkali hadir sebagai bagian dari rangkaian acara, seperti misalnya pada upacara adat perkawinan Sumatera Selatan, ada pertunjukan pencak silat yang diiringi alat musik rebana. 

Setelah pemaparan oleh Prof. Margaret, sesi ini dilanjutkan dengan menghadirkan pembicara kedua yaitu Addie MS. Pendiri Twilite Orchestra ini mengangkat topik "Bagaimana musik dapat dibawa ke posisi strategis sebagai bahasa pemersatu dan analogi perbedaan sebagai kekayaan yang membentuk harmoni."

Menurut Addie MS, perbedaan yang biasanya dalam banyak hal itu dihindari, namun dalam musik perbedaan itu justru dapat menciptakan harmoni. 

Misalnya dalam sebuah orkestra yang terdiri dari puluhan musisi, coba bayangkan jika seluruh musisi hanya memainkan biola saja atau flute saja, maka konser orkestra tersebut tidak akan terdengar indah. Ketika di dalam orkestra tersebut para musisi memainkan aneka alat musik yang berbeda-beda, maka terciptalah rangkaian nada yang harmonis dan indah didengar. 

Pemaparan presentasi oleh Addie MS. (Dok : pribadi)
Pemaparan presentasi oleh Addie MS. (Dok : pribadi)

Pembicara terakhir pada sesi ini adalah Tantowi Yahya yang memaparkan peranan musik dalam hubungan diplomasi antarnegara. Duta besar Indonesia untuk Selandia Baru dan Wilayah Pasifik ini menjelaskan bahwa selama bertugas sebagai duta besar ia menggunakan musik sebagai alat diplomasi. 

Hal ini bukan hanya karena ia adalah seorang musisi (penyanyi country), namun lebih dari itu ia merasa adanya kesamaan frekuensi ketika berkomunikasi menggunakan sarana musik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun