Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Selalu saja ada satu cara yang lebih baik, dan lebih baik lagi dengan berbagi

Hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menggali Makna Ilmu yang Bermanfaat dalam Jejak Kebenaran

20 Maret 2024   06:07 Diperbarui: 20 Maret 2024   06:47 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semakin banyak ilmu yang kita ketahui, semakin banyak hal yang harus kita kuasai. | Image: ideogram

"Dalam pencarian ilmu, tanda kebermanfaatan ada dalam pengamalan, kerendahan hati, menjauhi kesombongan dan cinta dunia, serta pengakuan akan keterbatasan diri. Ilmu yang bermanfaat membuat kita sadar bahwa begitu banyak hal yang perlu dipelajari."

Ilmu itu seperti samudra yang dalam. Di dalam samudra ilmu yang dalam itu, mari kita merefleksi diri untuk menggali dan menyelami lebih dalam kebermaknaan hakiki atas ilmu.

Semakin jauh, sungguh terasa semakin indah dan mempesonanya saat kita menjelajahi lautan pengetahuan. Terasa nyata ada bisikan hati yang mengalir dalam getaran nurani ini.

Sebagai seorang insan pembelajar, mencari kebenaran adalah obsesi hati yang tak kan pernah berakhir dan terpuaskan. Ini seperti dahaga yang tak kan pernah kunjung padam. Semakin menggali atau menyelami, terasa sekali semakin bodohnya diri ini.

Namun, seorang bijak pernah mengingatkan, bahwa ada tanda-tanda ilmu yang benar-benar bercahaya yang tampak jelas bagai bintang-bintang bersinar di langit gelap.

Pertama, sebagaimana benih yang tumbuh menjadi pohon yang berbuah, ilmu yang bermanfaat terlahir dari tindakan nyata yang mengamalkannya. Di dalam setiap langkah dalam mengamalkan ilmu, terpatri kebijaksanaan yang menuntun langkah kita menuju ketinggian spiritual.

Kedua, seperti bunga yang merendahkan dirinya meski dihiasi oleh keindahannya, pemilik ilmu yang sejati tidak terhanyut dalam aliran pujian atau pangkat. Mereka bersifat rendah hati, tidak suka pujian, dan menjauhi kesombongan, karena mereka tahu bahwa kebesaran sejati adalah milik Allah semata.

Ketiga, semakin dalam kita menyelami samudra ilmu, semakin dalam pula kerendahan hati kita. Mereka yang berada di puncak gunung pengetahuan tidak memandang rendah kepada yang berada di lembah, melainkan mereka mengetahui bahwa di setiap lembah terdapat hikmah yang belum mereka gali. Intinya, semakin banyak ilmu semakin tawadhu.

Keempat, cinta dunia, ketenaran dan kedudukan, tak kan pernah menggoda hati yang telah diselimuti oleh cahaya ilmu yang bermanfaat. Mereka memahami bahwa kenikmatan dunia hanyalah sementara, sedangkan pencarian akan rida Ilahi itu akan abadi.

Kelima, dalam kesibukan atau keheningan malam, mereka tidak pernah terdengar mengumbar pujian pada diri sendiri. Melainkan mereka menghadap pada Sang Ilahi dengan penuh pengagungan. Mereka paling benci bila mendengar orang yang mengklaim diri sebagai seorang ahli.

Keenam, dalam kebenaran ilmu, mereka tidak mencapai kebesaran dengan kesombongan atas pengetahuan yang mereka miliki. Mereka menyadari bahwa di balik setiap halaman kitab ilahi, masih terbuka luas rahasia Ilahi yang belum terpecahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun