Mohon tunggu...
ARIF ROHMAN SALEH
ARIF ROHMAN SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pembelajaran Sosial dan Emosional yang Implementatif Kaitannya dengan Tri Sentra

6 Juni 2023   21:02 Diperbarui: 13 Juni 2023   10:49 1370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembelajaran kurikulum merdeka belajar di SDN 005 Tanjung Palas Timur Kabupaten Bulungan Kaltara. Sekolah ini telah menerapkan kurikulum merdeka sejak 2017(Kompas.com/Ahmad Dzulviqor) 

"Mendidik pikiran tanpa mendidik hati, adalah bukan pendidikan sama sekali"

- (Aristoteles, Filsuf) -

Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan ramah anak menjadi dambaan seluruh individu di sekolah.

Dikutip dari Modul 2.2 pada Program Pendidikan Guru Penggerak (Kemendikbudristek, 2023) PSE melibatkan pengajaran dan penerapan keterampilan sosial dan emosional yang meliputi lima komponen utama, yaitu: (1) kesadaran diri; (2) manajemen diri; (3) kesadaran sosial; (4) keterampilan berelasi; dan (5) pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.

Ekstrakurikuler Kesenian Reog dan Jathilan hasil kolaborasi dengan Komunitas Budayawan. Sumber: Dok. SMPN 1 Sukapura-Kab. Probolinggo 
Ekstrakurikuler Kesenian Reog dan Jathilan hasil kolaborasi dengan Komunitas Budayawan. Sumber: Dok. SMPN 1 Sukapura-Kab. Probolinggo 

PSE mendorong perkembangan anak secara positif dengan program yang terkoordinasi antara berbagai pihak dalam komunitas sekolah. Berbicara tentang komunitas sekolah tentu melibatkan peran serta lingkungan kelas, sekolah, keluarga dan komunitas masyarakat.

Pandangan yang sejalan dengan Ki Hajar Dewantara yang menerangkan bahwa pendidikan harus berlangsung di tiga lingkungan (Tri Sentra) yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Implementasi PSE di Kelas

Dinamika zaman menuntut kelas sebagai ruang pembelajaran harus mampu memfasilitasi kebutuhan belajar peserta didik. 

Keberagaman belajar peserta didik dalam lingkup kelas dapat diimplementasikan melalui pembelajaran berdiferensiasi.

Berkolaborasi di kegiatan praktik kewirausahaan. Sumber: Dok. SMPN 1 Sukapura-Probolinggo 
Berkolaborasi di kegiatan praktik kewirausahaan. Sumber: Dok. SMPN 1 Sukapura-Probolinggo 

Tidak ada paksaan bagi peserta didik menentukan konten, proses, dan produk di pembelajaran berdiferensiasi. Mereka bebas menentukan obyek pembelajaran dalam proyek dan atau penelitian (diferensiasi konten), bebas memakai kaidah keilmuan dalam teknik pengambilan data di lapangan apakah lewat teknik wawancara, angket dan lainnya (diferensiasi proses), dan bebas melaporkan hasil tugas dalam bentuk digital atau non digital (diferensiasi produk).

Intinya, di implementasi pembelajaran berdiferensiasi peserta didik diberikan kebebasan belajar sesuai dengan potensi dan minat mereka yang beragam. Sehingga mereka merasa difasilitasi dan dihargai kemampuannya, apapun wujud dan hasilnya.

Selain pembelajaran berdiferensiasi, guru di kelas dapat menerapkan rutinitas harian kesadaran diri seperti meditasi singkat, refleksi terhadap apa yang dilakukan di hari kemarin lewat metode cerita antar teman sebangku dan kegiatan positif lainnya.

Kegiatan diskusi kelompok. Sumber: Dok. SMPN 1 Sukapura-Kabupaten Probolinggo
Kegiatan diskusi kelompok. Sumber: Dok. SMPN 1 Sukapura-Kabupaten Probolinggo

Proyek kolaboratif penting juga untuk guru implementasikan di kelas pembelajaran. Pengaturan kelas yang memfasilitasi kolaborasi dalam kelompok kerja perlu di desain sedemikian rupa. 

Proyek kolaboratif yang melibatkan siswa dalam kerja tim memungkinkan siswa untuk belajar bekerja sama, mendengarkan perspektif orang lain, membangun empati, dan mengatasi perbedaan pendapat.

Implementasi PSE di Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah yang aman dan nyaman mutlak dibutuhkan untuk mendukung program "Sekolah Ramah Anak".

Dikutip dari kompas.com, sekolah ramah anak memiliki sifat aman, bersih, peduli, dan berbudaya lingkungan hidup, demi menjamin, memenuhi, serta melindungi hak anak serta perlindungan anak sekolah dari segala bentuk diskriminasi dan kekerasan di bidang pendidikan.

PSE sangat terkait dengan perlindungan hak anak sekolah dari segala bentuk diskriminasi dan kekerasan di lingkungan sekolah.

Program pembiasaan sekolah 5S (senyum, salam, sapa, sopan dan santun) wujud dari kesadaran diri, kesadaran sosial dan keterampilan berelasi. Menyadarkan pentingnya peran sekolah untuk secara dini menerapkan dan mengembangkan keterampilan sosial dan emosional.

Pembiasaan 5S di SMPN 1 Sukapura. Sumber: Dok. SMPN 1 Sukapura-Kabupaten Probolinggo
Pembiasaan 5S di SMPN 1 Sukapura. Sumber: Dok. SMPN 1 Sukapura-Kabupaten Probolinggo

Pembelajaran sosial dan emosional terintegrasi ke dalam rangkaian dukungan akademik dan perilaku dengan menyediakan kesempatan untuk memastikan semua kebutuhan murid terpenuhi.

Bagaimana kebutuhan murid dapat terpenuhi? Tentu dengan pengelolaan aset sekolah yang efektif dan efisien lewat kegiatan pembelajaran baik di intrakurikuluer, ko-kurikuler, dan ekstrakurikuler.

Sedapat mungkin ketiga kegiatan (intrakurikuluer, ko-kurikuler, dan ekstrakurikuler) mendekatkan siswa dengan lingkungannya untuk memupuk kesadaran sosial, juga pengambilan keputusan dan pemecahan masalah terkait lingkungan sekitar di masa kini dan masa yang akan datang.

Implementasi PSE di Keluarga dan Komunitas Masyarakat

Keluarga, guru, dan tenaga kependidikan memiliki kesempatan regular dan bermakna dalam berkolaborasi untuk mendukung perkembangan sosial, emosional dan akademik murid.

Kasih sayang keluarga mutlak diperlukan untuk tumbuh kembang anak selama dalam proses belajar. Berguna untuk mengembangkan kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial,  keterampilan berelasi, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.

Sekolah dan komunitas masyarakat dapat menjalin kerjasama yang mendukung PSE dalam bentuk kegiatan intrakurikuler, ko-kurikuler, dan ekstrakurikuler.

Murid membersihkan kawasan padang pasir Gunung Bromo. Sumber: Dok. SMPN 1 Sukapura-Probolinggo
Murid membersihkan kawasan padang pasir Gunung Bromo. Sumber: Dok. SMPN 1 Sukapura-Probolinggo

Realitas program dapat berupa semisal Project Based Learning (intrakurikuler) kewirausahaan di masyarakat sekitar, aktivitas kunjungan ke panti jompo dan atau panti asuhan, kerja bhakti lingkungan (ko-kurikuler), seni tradisional yang bekerjasama dengan komunitas budaya di masyarakat (ekstrakurikuler). 

Kesemuanya dimaksudkan untuk mewujudkan PSE yang menumbuhkan empati, manajemen diri, membangun kepercayaan diri dan daya lenting murid.

Wasana Kata

Pembelajaran sosial dan emosional mutlak diimplementasikan dan difasilitasi sekolah. Sebagai lembaga formal, sekolah seharusnya menjadi garda terdepan penjaga nilai-nilai kebajikan di masyarakat yang harus ditumbuhkembangkan sejak dini kepada anak didik.

Kurikulum Merdeka mengedepankan PSE yang implementatif lewat pembelajaran berdiferensiasi dan sekolah ramah anak. Juga melibatkan peran komunitas dan masyarakat secara luas untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila secara holistik.

****

Semoga Bermanfaat.

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun