***
"Gimana, ramai pembelinya, Pak?"
"Syukurlah, lumayan. Cuma tidak seramai waktu bakpao jadi perbincangan politik dulu"
"Masih sering banyak sisa, Pak?"
"Nggak juga, Gha. Lebih sering habis terjual meskipun sampai larut malam"
"Syukurlah. Pak Sumirat nggak capek jualan sampai larut malam?"
Senyum Pak Sumirat mengembang di antara kumisnya yang telah memutih. Bibirnya terlihat agak memucat, mungkin pengaruh angin yang cukup dingin dan kencang.
"Sudah biasa, Gha. Orang berjualan harus telaten. Rezeki datangnya tak bisa dikira. Kadang datang cepat. Kadang lambat, iya khan?"
Ganti Agha yang tersenyum dan semakin mengagumi sosok Pak Sumirat.
***
Sudah setahun Agha bekerja di Kota Kembang. Pandemi Covid yang belum kunjung lenyap menghalangi Agha dan istrinya untuk mudik.