"engkau" tak henti menggaruk kepala
Memikirkan "kita" yang banyak tingkah di sesak jalan
Dari kepalamu yang penuh jejak kuku-kuku gagasan
Terlahir garpu-garpu laba-laba raksasa
Mengeruk tanah dan mencerabut tetumbuhan di atasnya
Dari kepalan tanganmu lahir semangat membara
Ribuan mesin-mesin menderu membuat "kita" terpana
Hanya mampu berdecak kagum "pada awalnya"
Lantas "kita" berpikir ulang di kalkulator yang lama tergeletak di meja
Betapa mahal harga yang kita pikul ke depannya
Saat "kita" mencoba menghitung secara presisi di sisa kartu yang ada
"kita" menyadari bahwa kita terjebak di rutinitas tak beda
Diantara deru mesin, pengap, dan hujan yang tak reda
Apa yang lahir dari "kepalamu" belum begitu berarti bagi "kita"
Sebab, "kita" masih sering terjebak di jalan padat tersendat lama
"tanpa mampu berbuat apa-apa"
Ujung Akar Bromo, 16.01.2019