Mohon tunggu...
ARIF ROHMAN SALEH
ARIF ROHMAN SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Horor | Nandi

18 Oktober 2018   17:26 Diperbarui: 8 Februari 2022   19:19 1331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : pixabay.com

Segera Nandi menuju rumah orang tuanya. Suasana tengah malam nan sunyi diramaikan datangnya rintik hujan. Nandi mengetuk pintu dan memangil ayahnya. Tidak ada jawaban. Beberapa kali diulangi mengetuk pintu dan diselingi memanggil ibunya. Tetap tak ada jawaban.

Reflek Nandi mendorong daun pintu. Aneh...., pintu terbuka tak terkunci. Tak ada seorangpun terlihat di ruang tamu. Berjingkat Nandi ke pintu kamar orang tuanya. Terkunci rapat dan sunyi. Diarahkan kakinya ke kamar sang adik. Juga terkunci dan sunyi.

Tiba-tiba letih dan kantuk merayap di tubuh Nandi. Segera Nandi ke kamarnya. Gelap yang ada. Tangannya menggerayang stop kontak, namun tak ditemukan. Nalurinya mengajak ke pembaringan. 

Masih dengan menggerayang gelap, sampai jua Nandi di pembaringan. Direbahkan tubuhnya. Tak berapa lama kemudian mata Nandi lelap dalam tidur panjang.

****

Entah berapa lama Nandi tertidur pulas. Saat terbangun, terdengar suara orang-orang bercengkerama. Sayup terdengar pula suara tangis dari kamar sang ibu. Nandi segera beranjak ke luar kamar. Aneh, meskipun riuh mendayu terdengar suara orang-orang bercengkerama, tak ada seorangpun yang Nandi lihat di dalam rumah.

Perlahan Nandi membuka pintu kamar ibunya. Mata nandi membelalak. Terlihat seorang perempuan tengah menangis mendayu. Perempuan berpakaian putih terjurai hingga ke tapak kaki. 

Di tangan perempuan itu terdekap foto dalam frame yang cukup besar. Foto Nandi berkebaya hitam. Lebih miris, punggung perempuan itu berlubang. Tulang rusuk yang putih dan denyut jantungnya sangat jelas terlihat, membuat Nandi menjerit sangat ketakutan.

Nandi berlari ke luar rumah. Saat akan melewati teras rumah, mendadak lari Nandi terhenti. Dilihatnya banyak pocong bercengkerama di teras rumah. Seakan hilang akal, Nandi berlari berjingkrak melewati pocong-pocong yang tubuhnya mulai terlihat seirama bergerak ke kanan dan ke kiri. Sekuat tenaga, Nandi berlari meninggalkan rumah orang tuanya.

Entah sudah sejauh mana Nandi berlari. Napasnya terengah-engah dan lututnya terasa lemas. Agak jauh di depan, terlihat ada poskamling yang cukup terang oleh sinar lampu. Nandi perlahan mendekat. Ada lima orang laki-laki sedang bercengkerama.

"Sudah dengar belum, Min?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun