Yang dilahirkan tanpa ayah
Disambut mendung menggumpal ribuan beriringan
Berputar dan berpusar
Kilat menghentak seiring pecah tangis
Dunia serasa gelap
Hujanpun runtuh menjatuhkan kepiluan
Di bumi menggigil dikekang nasib
Ibu….
Di belaimu tak dirasakan hangat mentari
Sedang di luar sana
Mata-mata berpaling
Hanya segelintir yang iba
Dan sekedar menatap serta berujar
“Sungguh malang kau dilahirkan” lantas….
Sekedar menengok lalu menghilang
Ibu….
Saat kami merangkak
Ragamu telah hilang
Di pusara yang dipunggungi
Sedang bunga yang ditaburkan
Telah mengering dan diterbangkan angin
Yang tersisa kembali menjadi tanah
Diinjak dan ditinggalkan begitu saja
Ibu….
Saat kami belajar berlari
Mengejar teman tuk meraih gembira
Mereka menyingkir
Bahkan berlari ketakutan
Kembali ke dekapan bundanya
Yang memicingkan dan membelalak mata
Seraya berujar,”Menjauhlah….!”
Ibu….
Di rumah lentera yang redup ini
Kami dibesarkan dari belas kasihan
Oleh segelintir malaikat
Yang diturunkan ke bumi oleh-Nya
Tuk sekedar menemani
Hingga pada akhirnya
Kami kembali
Menjadi tanah di dekapmu
NKRI, 01 Desember 2016