Selain itu, tim juga menghadapi kenaikan biaya konstruksi setelah penyesuaian dengan harga material di lapangan. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah desa dan masyarakat memberikan dukungan berupa bantuan material utama, seperti bata ringan dan pasir, yang disumbangkan oleh perangkat desa secara pribadi.
Kendala lain terjadi saat proses pengecoran bagian penadah sampah, di mana bekisting mengalami patah dan runtuh. Dengan bimbingan DPL dan bantuan warga berpengalaman, mahasiswa memperkuat struktur menggunakan tambahan kayu dan bambu penopang agar proses pengecoran dapat dilanjutkan dengan aman.
Manfaat dan Dampak Program
Pembangunan Incinerator ini memberikan manfaat nyata bagi masyarakat, pemerintah desa, dan perguruan tinggi.
Bagi masyarakat, alat ini membantu mengelola sampah rumah tangga secara tertutup dan lebih efisien, sekaligus mengurangi polusi udara dari pembakaran terbuka.
Bagi pemerintah desa, incinerator menjadi fasilitas baru yang mendukung kebersihan lingkungan dan menjadi contoh inovasi pengelolaan sampah berbasis masyarakat.
Bagi Universitas Negeri Malang, program ini menjadi sarana penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang selaras dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, sekaligus memberi pengalaman lapangan bagi mahasiswa.
Dosen Pembimbing Lapangan, Gosy Endra Vigriawan, menuturkan bahwa proyek ini bukan sekadar kegiatan pengabdian, tetapi juga bentuk pembelajaran langsung bagi mahasiswa dalam menghadapi tantangan nyata di lapangan.
"Melalui program MBKM ini, mahasiswa belajar menerapkan teori ke dalam solusi nyata. Hasilnya, incinerator ini dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan oleh masyarakat," jelasnya.
Harapan ke Depan
Dengan selesainya pembangunan dan peresmian incinerator, masyarakat Desa Pakis kini memiliki sarana baru dalam pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. Program ini diharapkan menjadi awal dari sistem pengelolaan sampah terpadu di tingkat desa, sekaligus inspirasi bagi desa lain untuk mengadopsi inovasi serupa.