Begitu juga dengan Steven Berghuis yang percaya diri menendang keras, berhasil dihalau Emil Mertinez.
Keberhasilan menahan dua tendangan penalti itu membuat Emi Mertinez berlagak seperti Kingkong, memukul dada, tanda tangguh. Argentina di atas angin.
Akhirnya Martinez yang lain memastikan kelolosan Argentina ke babak semifinal. Tendangannya menghujam keras di sisi kanan gawang Noppert yang bergerak ke arah berbeda.
Lusail bergemuruh. Argentina bersorak kegirangan, dan Belanda lesu, hanyut dalam kesedihan mendalam.
Perang Taktik Louis Van Gaal dan Lionel Scaloni dan Prediksi melawan Kroasia
Secara taktikal, jika Belanda lolos, maka meneer Louis Van Gaal dipercaya akan dipuji setinggi langit. Pembacaan laga yang cerdas dengan memasukan Luuk De Jong dan Wout Werghost berhasil mengubah jalannya laga.
Dalam skema yang sama yang dibesut kedua tim, 3-5-2, di awal laga, Van Gaal mengubah menjadi 4-3-3 dengan De Jong dan Werghost menjadi menara kembar yang membuat mereka unggul di udara, serta memberikan duel fisik yang merepotkan lini belakang Belanda.
Saya perhatikan, dalam skema "saling jaga" di 3-5-2 yang berubah cepat menjadi 5-3-2 ketika bertahan, kedua tim harus diakui kesulitan masuk ke daerah pertahanan lawan.
Dua sayap Belanda, Dumfries dan Daley Blind dibuat mesti lebih defensif, karena Molina da Marcos Acuna juga pandai mengintip celah ketika kedua pemain tersebut lupa diri.
Imbasnya, mereka tertahan di pos masing-masing. Begitu juga di lini tengah. Pergerakan Alexis MacAllister dan Rodrigo De Paul sering terbentur dengan kokohnya Marten De Roon dan Nathan Ake membaca pergerakan bola.
Dalam situasi tersebut, kualitas individulah yang mesti menjadi pembeda. Argentina memiliki Lionel Messi.Â