Bukan itu saja, Shin Tae-yong sudah bertransformasi menjadi seperti Pep Guardiola di Manchester City bagi pecinta timnas. Disayang karena dianggap memiliki kemampuan taktik yang mumpuni. Ya disayang, cinta.
Cinta itulah yang membuat wajah kami (baca : pendukung timnas) nampak muram pagi ini. Seperti cinta yang tersakiti. Walaupun pernah berulang-ulang tetapi cinta, disakiti, ya tetap sakit.
Saya yang biasa memulai obrolan tentang timnas, mesti berhati-hati pagi ini melihat wajah-wajah yang tak bersahabat ini. Apakah saya perlu memancing, dengan meminta pendapat mereka tentang penampilan Witan dkk? Saya kira, jangan.
Memang bukan sumpah serapah yang keluar, tetapi nampaknya tidak akan mengobati luka yang disebabkan kebobolan empat gol tanpa balas itu.
Tiba-tiba saya memiliki ide pembicaraan yang pas, setelah tadi malam sempat berhasil mengalihkan perhatian dari "pembantaian" yang dialami oleh timnas.
Saya memang sering begitu. Sering mencari obyek pengalih perhatian yang bisa dijadikan sebagai pelipur lara kala tim yang didukung sudah dipastikan kalah.
Syukurnya, pelipur  itu datang dari dua nama kocak dari pemain dari tim lawan, Thailand yakni gelandang bernomor punggung delapan, Thitiphan Puangchan dan kiper senior yang baru dimasukan sebagai pengganti, Kawin Thamsatchana.
"Eh..pemain Thailand itu nama-namanya lucu-lucu ya" pancing saya.
"Pasti Thitiphan itu toh?" kali ini Robert sudah menyambar.
"Iya, jika kita punya pemain Thitiphan seperti Thailand, mungkin kita bisa menang" kata saya lagi.
Lalu kita tertawa bersama. Nah, sudah mulai terhibur.