Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Inggris Vs Ukraina, Mungkin Kisah David Vs Goliath yang Berbeda

3 Juli 2021   12:06 Diperbarui: 3 Juli 2021   12:22 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatih Ukraina, Andriy Shevchenko merayakan kemenangan atas Swedia di babak 16 besar IPhotograph: Lee Smith/AFP/Getty Images

Seorang teman memiliki permintaan khusus kepada saya untuk  menuliskan preview pertandingan antara Swiss Vs Spanyol yang telah usai. "Bro, gambarkan bahwa laga itu ibarat kisah David vs Goliath ya, dan happy ending, David akan menang".

Saya tersenyum, dan tidak menjawab pasti akan memenuhi permintaannya, meski kita sepakat dengan harapan yang sama, Swiss dapat membuat kejutan dengan mengalahkan Spanyol---dan akhir gagal.

Satu tulisan memang jadi sebelum laga tersebut, bercerita tentang pemain timnas Swiss yang kebanyakan berasal dari keluarga Imigran.

Tulisan itu, bisa dibaca di sini "Gastarbajters, Haris Seferovic dan Kisah Pemain Imigran di Timnas Swiss".

Mengapa saya tidak mau mengibaratkan bahwa laga tersebut seperti David Vs Goliath? Ada dua alasan. Pertama, menurut saya performance kedua tim, Spanyol dan Swiss tidak berbeda jauh, jika dilihat dari penampilan mereka di Euro 2020 ini.

Spanyol memang memiliki sejarah yang kuat di Piala Eropa, karena pernah dua kali berurutan sebagai perhelatan ini, yakni  juara di Euro 2008 dan Euro 2012.

Akan tetapi, tentu saja penampilan mereka sekarang tidak bisa dibandingkan dengan Spanyol di dua perhelatan tersebut, apalagi di  Piala Eropa 2012  yang memang tampil sangat hebat.

Di Euro 2020 ini, penampilan mereka hingga perempat final masih meragukan dengan lucky win atas Swiss yang hanya bermain dengan 10 orang hampir selama 70 menit setelah Romo Freuler mendapatkan straight red card.

Beruntung bagi Spanyol, para algojo penalti Swiss yang tampil heroik saat mengalahkan Prancis kali ini gagal total.

Kedua, saya sudah memiliki partai lain di babak perempat final ini, yang menurut saya lebih pantas disematkan sebagai partai David vs Goliath yakni Ukraina Vs Inggris.  

Timnas Ukraina yang dibesut Andry Shevcenko bisa dikatakan  tampil belepotan dan juga beruntung dapat melangkah hingga perempat final ini.

Di fase grup saja, Ukraina lolos setelah harus susah payah mengalahkan Makedonia Utara, setelah sebelumnya dilibas Belanda dan Austria---tim yang selevel dengan mereka. Ukraina lolos ke 16 besar dengan status belas kasihan peringkat tiga terbaik.

Di babak 16 besar, Ukraina juga tidak tampil istimewa, beruntung saja Swedia yang menjadi lawan harus bermain dengan 10 orang di babak perpanjangan waktu dan Ukraina dapat mencetak gol di penghujung babak tambahan itu melalui sundulan Artem Dovbyk.

Jika dibandingkan dengan Inggris, maka penampilan Ukraina bagaikan langit dan bumi.

Mari kita lihat Inggris. Di fase grup, Inggris menjadi juara grup dengan 7 poin. Kroasia, Skotlandia dan Ceko selain tak mampu menang juga tak mampu membobol gawang Inggris dengan sebiji golpun.

Bahkan, di babak 16 besar, lawan yang dianggap bisa membuat gawang Inggris tidak perawan lagi, Der Panzer Jerman, pun bernasib serupa. Dalam duel ketat, Inggris menunjukkan dominasinya dengan unggul mutlak dengan skor 2-0.

Dari data dan fakta ini, pertanyaannya adalah apakah Inggris yang amat Goliath ini, dapat dikalahkan Ukraina David yang memang sangat kecil ini?

Secara logika nampaknya hal itu nampak  tidaklah mungkin.

Saya tidak bisa berharap banyak  bahwa Sergey Kristov, Mykola Matviyenko di lini belakang memiliki kecepatan  yang cukup untuk menghentikan Raheem Sterling dan Hary Kane. Karena menghadapi striker veteran Makedonia, Goran Pandev  saja, mereka terlihat kerepotan.

Atau coba sebutkan nama lain di Ukraina yang bisa diandalkan? Saya kira kita sepakat untuk menyebut nama sang kapten, Oleksander Zinchenko gelandang serbabisa yang bermain di Manchester City.

Untuk ini jawabannya serupa. Saya juga tak bisa membayangkan bahwa pergerakan Zinchenko tak bisa dihentikan karena dia dipastikan akan berhadapan dengan Kyle Walker, dan John Stones, rekan setimnya yang lebih banyak menjadi pemain inti daripada dirinya.

Akan tetapi saya juga seperti anda, yang kerap memuja dan mengharap terjadinya kejutan, karena itu saya memberikan beberapa serpihan kecil yang saya kira dapat mendorong Ukraina akan tampil hebat di Olimpico Stadium, Italy malam ini waktu Indonesia.

Pertama, soal sang pelatih Andriy Shevchenko. Tak bisa dipungkiri, Ukraina tampil lebih modern bersama Shevchenko yang sudah hampir lima tahun membesut Zhovto-Blakytni, julukan Ukraina.

Dahulu kita akan melihat Ukraina yang cenderung kaku dengan gaya Eropa Timurnya, tetapi bersama Shevchenko, Ukraina bisa tampil fleksibel, tentu dengan pasokan taktik dan strategi yang dipunyai oleh Sheva.

Darimana hal itu datang? Shevchenko beruntung karena karir hebatnya sebgai pemain membuat dia belajar dari banyak pelatih. Di AC Milan misalnya, dia telah belajar dari Alberto Zacheroni dan Carlo Ancelotti. Gaya Italia dipelajarinya dengan detil, bahkan di staf kepelatihannya juga ada Mauro Tassoti.

Di Inggris saat bermain di Chelsea, Shevchenko menyebut dirinya telah belajar dari Jose Mourinho. Catatan-catatan kecil dibuatnya untuk mengingat bagaimana The Special One melatih para pemainnya.

Akan tetapi yang perlu digarisbawahi, dia punya mentor utama, adalah Valeriy Vasylyovych Lobanovskyi, pelatih besar Ukraina yang telah meninggal pada 2002.

Shevchenko belajar secara langsung selama menjadi pemain kepada Lobanovskyi yang dikenal sebagai pelatih yang memperhatikan hal-hal yang detil. 

Sesudah pulang dari memperkuat klub dan membela timnas, Lobanovsky dan Shevchenko sering terlibat diskusi tentang teknik yang dipakai pelatihnya.

Keduanya sering membahas kekompakan, keseimbangan antara serangan dan pertahanan, bermain melalui umpan jarak pendek dan menengah, dan  mengontrol bola sebagai kunci dalam permainan.

Jika semakin lama, Shevchenko semakin piawai memdiktekan hasil belajarnya pada para mentor hebat ini, bisa saja Ukraina akan tampil berbeda dan kuat melawan Inggris nanti.

Baca Juga : Spanyol PHP Swiss, Italia Singkirkan Belgia dengan Stylish

Kedua, semangat yang timbul dari situasi politik Ukraina. Shevchencko dan tim turun di Euro 2020 dengan misi politik yang kental, bahwa Ukraina ingin tampil hebat sebagai simbol perlawanan terhadap Rusia yang ingin mencaplok daerah Krimea.

Ukraina datang bukan sekedar memperebutkan trofi saja, tapi ingin mengkomunikasikan pada dunia, bahwa Ukraina kuat dan bisa memperjuangkan wilayahnya, dan itu tergambar dari semangat juang para pemainnya di lapangan.

Setiap kemenangan demi kemenangan Ukraina memompa semangat seluruh Kiev, untuk siap terus memberikan perlawanan terhadap Rusia yang dianggap telah melakukan represi.

Meski dianggap non teknis, tapi hal ini bisa saja menjadi sumber energi yang besar bagi Ukraina, yang dapat disebut telah tampil hebat dengan menapakkan kaki di babak perempat final.

Apakah kedua hal ini mampu mendorong Ukraina sebagai David untuk mengalahkan Goliath? David dalam kisah di kitab suci telah  gagah berani dan mampu melempar batu menghantam dahi raksasa Goliath hingga terkapar.

Akan tetapi yang sebaliknya bisa terjadi bahwa David yang  ini,  mungkin saja kali ini tidak memiliki daya dan tenaga denga David yang itu, sehingga hanya mengandalkan berani, dan lemparan batunya tidak mengenai sasaran sama sekali, dan akhirnya Goliath datang dan menghajar David habis-habisan.

Akan menarik. Kita tunggu saja, laga Inggris Vs Ukraina ini berlangsung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun