Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Kobe Bryant, Inspirasi dan Sebuah Puisi

27 Januari 2020   05:14 Diperbarui: 27 Januari 2020   09:42 3730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
In his last season we’ve seen the Lakers’ fall downhill all while Kobe confidently waves goodbye to the game he loves. (hypebeast.com) 

Legenda NBA, Kobe Bryant meninggal dunia. Kobe adalah satu dari 9 korban yang dinyatakan tewas dalam sebuah kecelakaan helikopter di Calabasas dekat Los Angeles, California, Amerika Serikat, Minggu (26/1) pagi waktu setempat.

Pecinta basket termasuk saya adalah yang ikut bersedih untuk kepergian pria berusia 41 tahun ini, apalagi dengan cara tragis. Bagi saya, Kobe adalah sosok yang spesial, dengan kepribadian yang besar.

Baru kemarin saya membaca cuitan Kobe ketika rekornya berhasil disalip oleh LeBron James.

Sebelumnya Kobe menghuni peringkat ketiga pencetak poin sepanjang masa di NBA dengan 33.643 poin.  Namun, dalam pertandingan melawan 76ers, LeBron berhasil melewati rekor Kobe. Le Bron mencetak 29 poin dan membuat poinnya menjadi 33.655 poin.

Kobe lalu memberikan rasa hormatnya kepada LeBron dengan menuliskan, "Continuing to move the game forward @KingJames. Much Respect my brother".

Kobe memang mencintai basket lebih dari segalanya. Ketika ada yang membuat sesuatu yang fantastis untuk basket, Kobe ikut menikmati dan merayakannya.

Di lapangan basket, saya menganggap Kobe adalah sosok inspiratif. Tubuhnya tak sebesar Michal Jordan ataupun LeBron James, tetapi Kobe tetap tampil garang di lapangan. Duetnya bersama Shaq O'Neal adalah salah satu duo yang akan diingat oleh para penggemar basket.

Selain itu, Kobe adalah pebasket yang besar karena menghargai sebuah proses. Kecepatannya yang membuat dirinya dijuluki sebagai "Black Mamba",  adalah hasil dari kerja keras.

Tidak seperti rekan-rekannya yang langsng berhenti setelah jam latihan usai, Kobe selalu memberikan tambahan waktu dua jam untuk melatih kecepatannya. Sadar tidak mempunyai tubuh yang besar, salah satu latihan yang disukai Kobe adalah satu lawan satu.

Ketika timnya kalah, dan para pemain memilih untuk segera pulang. Kobe tak demikian. Konon, Kobe akan tetap di lapangan dan melatih tembakannya.

Dua hal ini membuat, Kobe menjadi pebasket yang selalu cepat seperti Mamba ketika duel satu lawan satu, dengan akurasi tembakan yang luar biasa.

***

Saya ingin memaksa ingatan kita kembali saat Kobe memutuskan untuk pensiun pada akhir musim 2015-16. Sebelum pensiun, Kobe menuliskan puisi yang menggugah hati berjudul Dear Basketball.

Dalam puisi tersebut, Kobe bercerita tentang kenangan masa kecilnya di mana dia menggulung kaos kaki ayahnya dan sudah mulai berkhayal untuk menembak bola ke ring basket. 

Ayah Kobe memang seorang pebasket NBA, meski tak seterkenal Kobe, namanya Joseph Washington Bryant.

Joseph membuat Kobe, seorang bungsu dari tiga bersaudara, lebih mencintai basket dari saudara-saudaranya. Kobe bahkan sudah bermain basket sejak usia 3 tahun.

Di usia 17 tahun, saat sekolah di Lower Merion High School, Kobe menarik perhatian klub raksasa, Los Angeles Lakers, dan masuk menjadi salah satu pemain dalam daftar draft.

Saat debutnya di Summer Pro League, pelatih Lakers saat itu, Del Harris amat menyukainya karena Kobe mampu mencetak hingga 25 poin. Di laga final, lagi-lagi Kobe mencetak poin besar dengan 36 poin. Del Harris tak ragu mengambil Kobe sebagai rookie pada 1996/97.

Setelah debut mengesankan di musim perdana, Kobe perlahan-lahan berubah atau bertransformasi menjadi guard andalan LA Lakers dan menjadi legenda.

Dalam puisinya, Kobe megatakan bahwa bermain di Lakers adalah sebuah mimpi.

Perjalanan selama 20 tahun di Lakers, digambarkan Kobe bukanlah soal tentang sebuah karier semata, tetapi soal keringat yang dikeluarkan karena cintanya pada basket.

Sakit dirasakan, namun tantangan basket yang memanggil Kobe untuk terus bertahan dan setia di klub pertama sekaligus terakhir tersebut.

Itulah yang membuat peraih dua medali emas Olimpiade tersebut merasa amat berat meninggalkan dunia basket, dengan menggunakan frasa "Hatiku berdebar dan pikiranku kacau".

Dalam kariernya, Kobe tercatat mengikuti 18 kali All Stars, 15 kali anggota All-NBA Team dan 12 kali anggota All Defensive team dan memenangi 5 cincin gelar juara bersama Lakers.

Dalam puisi tersebut Kobe juga menuliskan sebuah kalimat yang terbaca lirih.

"Tubuhku tahu ini waktunya untuk mengucapkan selamat tinggal". Kalimat yang menggambarkan bahwa meskipun mencintai basket, tetapi Kobe sadar bahwa tubuhnya sudah begitu lemah untuk terus bermain.

Tubuh Kobe tahu waktunya untuk pensiun dari basket, tetapi Kobe seperti manusia biasa tak tahu kapan harus meninggalkan dunia ini. Tak ada yang tahu kapan waktunya untuk meninggalkan dunia ini.

Kobe meninggalkan sang istri, Vaneesa Laine. Mereka dikaruniai 4 orang putri Natalia (16 tahun), Gianna (13 tahun), Bianca (2 tahun) dan Capri yang baru pada Juni tahun lalu lahir. Sungguh spesial kehadiran Capri, sehingga Kobe menambahkan nama lengkapnya di nama Capri menjadi Capri Kobe Bryant.

Nahasnya, Gianna, yang merupakan pebasket muda di Mamba Academy asuhan ayahnya, ikut tewas dalam peristiwa ini.

Selamat jalan, Kobe dan Gianna...

Gianna dan Kobe Bryant saat bersama menyaksikan salah satu laga NBA I Gambar: givemesport.com
Gianna dan Kobe Bryant saat bersama menyaksikan salah satu laga NBA I Gambar: givemesport.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun