Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama FEATURED

Saya yang Sering Tidak Peduli pada Peragaan Keselamatan Penerbangan

30 Oktober 2018   10:11 Diperbarui: 26 Oktober 2020   08:25 2258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peragaan Keselamatan oleh Pramugari I Gambar : Menassi

Duka menyelimuti penerbangan dan bangsa Indonesia karena jatuhnya Pesawat Lion Air berkode penerbangan JT 610 yang menggunakan armada Boeing 737 Max 8 di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat.

Saat ini sedang dilakukan evakuasi terhadap para korban pesawat yang membawa 181 penumpang, 2 pilot, dan 6 awak kabin itu. Kita tentu berharap upaya evakuasi dapat dilakukan dengan baik dan keluarga korban dimanapun berada diberikan kekuatan untuk menghadapi musibah yang dihadapi.

Di tengah situasi ini, saya berusaha berefleksi kepada diri sendiri tentang beberapa hal yang berkaitan dengan usaha pencegahan atau prosedur keselamatan saat menggunakan pesawat sebagai alat transportasi.

Jika mau jujur, saya pikir ada yang salah dengan sikap saya selama ini. Saya terkesan tidak peduli dengan prosedur keselamatan baik yang diperagakan oleh pramugari atau melalui video. 

Sikap tidak peduli ini sering saya tunjukan dengan berbagai cara. Ketika demo keselamatan penerbangan atau safety briefing sedang dipraktekan saya malah sibuk dengan hal-hal yang lain yang tidak penting. Terkadang saya menutup mata berusaha untuk tidur, membaca buku, masih sibuk dengan handphone (padahal sudah seharusnya off), dan juga lebih asyik bercerita dengan rekan di samping.

Syukur-syukur jika pramugari cantik dan peragaannya cukup atraktif, maka saya akan memperhatikan. Artinya, usaha pramugari untuk mempraktekan prosedur itu seperti sebuah hal yang terkesan formalitas dan tak penting bagi saya.

Begitupun penjelasan keselamatan melalui video di beberapa maskapai tertentu. Kadang-kadang saya berharap agar video itu cepat selesai sehingga saya bisa lebih cepat menonton film kesukaan saya, main game atau sekadar mendengarkan lagu sebagai teman tidur.

Jika demo peragaan lewat video saja tidak membuat saya tertarik, apalagi dengan petunjuk tertulis. Saya bahkan lebih memilih membaca majalah daripada melihat petunjuk keselamatan atau kartu keselamatan (Safety Information Card) yang tersedia. Malah, Kartu Keselamatan itu yang pada awalnya berada paling depan, dengan cepat saya pindahkan ke bagian paling belakang.

Hal ini membuat saya belum tentu bisa menjawab dengan baik, jika ditanyakan lagi tentang prosedur keselamatan di pesawat.

Apakah saya tahu menggunakan masker oksigen saat tekanan udara dalam kabin (cabin altitude) melebihi batas yang telah ditentukan? Padahal ini sesuatu yang amat penting karena sebenarnya jika saya tak mampu melakukannya dalam waktu kurang dari 15 detik, maka saya akan kehabisan napas dengan sendirinya.

Apakah saya sudah memahami dengan baik instruksi memasang masker di diri sendiri baru kepada orang lain? saya terkadang merasa itu sesuatu yang mudah dilakukan, tetapi jujur saya belum yakin itu bisa saya lakukan dalam keadaan panik jika ada sesuatu yang tidak dikehendaki terjadi.

Apakah saya sudah dapat mengambil dan menggunakan baju pelampung (Live Vest) ketika sesuatu terjadi? Ah, saya sepertinya terlalu sibuk dengan urusan yang lain di dalam pesawat daripada mendengarkan hal itu. Saya tahu ada lampu indikator, tetapi terkadang juga tidak terlalu peduli dengan mati hidupnya lampu di pesawat.

Jika hal ini saja saya tidak peduli, apalagi berharap agar saya memastikan baju pelampung itu ada di bawah tempat duduk dengan mencoba meraba bagian bawah tempat duduk yang saya tempati.

Itu baru mengecek ketersediaannya, bagaimana cara menggunakannya? Saya sering tidak memberikan perhatian dan tahu bahwa baju pelampung tersebut tidak boleh digelembungkan ketika masih berada di dalam pesawat. Saya baru bisa menggelembungkannya jika sudah dekat dengan pintu keluar atau pintu darurat.

Cara menggelembungkannya pun ada dua cara. Pertama dengan menarik tuas yang ada sehingga pelampung akan terisi udara dengan sendirinya, bagaimana jika tidak berhasil, saya harus meniupnya secara manual.

Selain itu, parahnya lagi saya sering tersinggung jika pramugari meminta saya untuk menegakkan kursi dan melipat meja di depan saya dalam waktu-waktu tertentu. Saya tidak sadar bahwa, jikalau kursi miring, maka dalam keadaan tertentu saya bisa terlepas dari sabuk pengaman karena itu. Selain itu, kursi yang belum ditegakkan dan meja yang tidak dilipat akan mengganggu kecepatan evakuasi dalam keadaan darurat.

Sekarang saya sudah sedikit berubah. Saya sekarang lebih tertib menghidupkan dan mematikan HP di pesawat. Saya sadar bahwa alat-alat tersebut memancarkan sinyal yang mengganggu sinyal navigasi di dalam kokpit. Saya tentu tidak mau kecelakaan yang dapat terjadi dalam hitungan detik terjadi karena ketidapkpedulian saya. Saya bahkan pernah menegur penumpang lain yang tidak tertib soal itu, tentu dengan cara yang sopan.

Peristiwa jatuhnya Lion JT 610 membuka mata saya. Saya beberapa hari ini berpikir, bisa saja ada yang salah dengan pesawatnya, mesinnya dan sebagainya. Tetapi semua hal itu adalah hal yang mungkin tidak bisa saya cegah, tetapi paling tidak membuat saya diingatkan untuk menjadi penumpang yang baik. Penumpang yang peduli dan semakin memberi perhatian kepada prosedur keselamatan di pesawat dan taat melakukannya.

Semuanya memang harus dimulai dari diri sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun