Para Samurai biru ini jelas terluka. Bahasa tubuh mereka bisa menyiratkan banyak arti. Mereka bisa saja menyatakan terima kasih, mengucapkan maaf mereka atau bisa saja berjanji, bahwa suatu saat akan membalas dendam. Suatu saat, entah kapan.
Jika benar demikian, kesempatan membalaskan dendam itu akhirnya datang, meski sebelumnya harus berjuang melalui onak dan duri Kualifikasi. Tak disangka, undian membuat mereka kembali bersua Kolombia, tim yang membuat pilu mereka empat tahun lalu.
Di Mordovia Arena, Rusia kedua negara bertemu dalam laga perdana Grup H. 11 Ronin Jepang datang berhadap-hadapan dengan pasukan Kuning yang membantai mereka empat tahun silam.
Kedua tim bermain cepat sejak awal pertandingan, kedua tim sama-sama bermain dengan formasi ofensif, 4-2-3-1. Kolombia percaya diri sedangkan Jepang bernafsu ingin membalas sakit hati mereka.
Malapetaka datang bagi Kolombia saat pertandingan baru memasuki menit ke-4, Carlos Sanchez diganjar kartu merah oleh wasit Damir Skomaina asal Slovenia ketika menghalangi dengan tangan laju bola ke gawang yang telah kosong.
Bermain dengan 10 orang, Kolombia tetap bersemangat, yakin. Namun, Jepang yang lebih dalam bertahan, sesekali mencari peluang untuk melakukan serangan balik, memanfaatkan celah yang ditinggalkan oleh Sanchez.
Pelatih Kolombia, Jose Pekerman bertindak cerdas. Tak mau lini tengahnya dimanfaatkan, Pekerman memasukan gelandang WIlmar Barrios menggantikan penyerang sayap, Juan Cuadrado. Kolombia menjadi lebih seimbang untuk menjaga serangan cepat Jepang skealigus menuai hasil karena akibat pelanggaran sedikit di luat kotak penalti, Quintero berhasil menyamakan kedudukan di menit ke-39 melalui tendangan bebas.
Babak pertama ditutup dengan skor imbang, 1-1.
Di situasi seperti itu, siapa yang akan menang adalah tim yang lebih berambisi dan efektif menggunakan kekuatan mereka. Kolombia menekan di 10 menit awal, tetapi sesudah itu pasukan Jepang seperti mulai menemukan ritme permainan sekaligus mungkin teringat misi mereka.