Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Potret Global dan BRISC Plus Indonesia dalam Defisit dan Utang

25 Juni 2018   12:34 Diperbarui: 25 Juni 2018   22:14 1288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tumbuh Defisit Utang - oleh Arnold M

Peta Populasi dan Perekonomian Global

Dalam dikotomi perekonomian global dikenal sebutan Advanced Countries (AE - Negara Maju) yang mencakup Euro-28, North America (USA & Canada), Australia & New Zealand, dan beberapa negara Asia seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Hongkong & Macau, Singapore,  dan yang lainnya Emerging Markets & Developing Economies (EMDE). 

Sementara pada dekade kedua XXI ini dikenal beberapa sebutan tidak resmi untuk kelompok negara seperti BRISC (Brazil, Russia, India, China, South Africa), Emerging Seven (E7) yang mencakup China, India, Brazil, Mexico, Russia, Indonesia dan Turkey, atau yang pada akhir dekade lalu sempat muncul sebutan Next-11 yang meliputi Bangladesh, Egypt (Mesir), Indonesia, Iran, South Korea, Mexico, Nigeria, Pakistan, Philippines, Turkey dan Vietnam.

Artikel ini akan melihat lingkungan BRISC-I (BRISC plus Indonesia) dengan gambaran populasi pada Peraga-1.

BRISC plus I Population - by Arnold M
BRISC plus I Population - by Arnold M
Sumber informasi : IMF

Populasi EMDE pada 2017 mencakup 85% populasi dunia dan enam kali populasi negara maju (AE). Berdasarkan kajian, EMDE merupakan motor pertumbuhan perekonomian global dengan kontribusi sekitar 80% (lihat hasil kajian di sini). 

Populasi BRISC-I mewakili 53.5% EMDE, sehingga wajar BRISC-I dipandang sebagai kelompok penting perekonomian global yang dalamnya mencakup wakil Asia, Eropa, Africa, dan Amerika Latin.

Potret BRISC-I 

Untuk melihat kinerja perekonomian digunakan bingkai rentang waktu "Mid-Term" 3 tahunan bukan sekedar tahunan. Gambaran pertumbuhan berdasarkan PDB (Produk Domestik Bruto atau GDP : Gross Domestic Product) pada kelompok BRISC-I diberikan pada Peraga-2.

BRISCI GDP Changes - by Arnold M.
BRISCI GDP Changes - by Arnold M.
Sumber informasi (GDP atau PDB dalam Dolar Amerika - USD; dengan pengolahan) : IMF 

Sebagai tambahan, mata uang dalam kelompok BRISC-I : Brazil (Real), China (Renminbi), India (Rupee), Indonesia (Rupiah), Russia (Ruble), South Africa (Rand); semuanya dimulai dengan "R"

Peraga-2 menunjukkan terjadi penurunan rerata pertumbuhan pada lingkungan AE (negara maju) dari o.9% (2012-2014) menjadi 0.5% (2015-2017); pada lingkungan EMDE penurunan sangat besar dari 5% menjadi 0.7%. 

Pada masa 2015 - 2017, dari kelompok BRISC-I, 3(tiga) negara mengalami rerata pertumbuhan positif yaitu India (paling tinggi), Indonesia, dan China; semetara South Africa, Brazil, dan Russia mengalami pertumbuhan negatif. Indonesia mengalami perubahan yang sangat berarti berupa kenaikan dari rerata minus 0.1% menjadi 4.5%; India meningkat dari 3.8% menjadi 8.6%; sedangkan China menunjukkan tren turun dari 11.9% menjadi 4.5%.

Pertumbuhan positif atau negatif pada kelompok BRISC-I dicapai dengan kondisi anggaran defisit seperti pada Peraga-3.

deficit-to-gdp-5b2f5f99caf7db54a6179a53.jpg
deficit-to-gdp-5b2f5f99caf7db54a6179a53.jpg

Sumber informasi (dengan pengolahan) : IMF

Besaran defisit terhadap PDB Indonesia di atas Russia tetapi lebih rendah dibandingkan yang lain. India mencapai tingkat pertumbuhan tinggi dengan rerata defisit mencapai hampir 7%; sementara defisit China sedikit lebih besar dibandingkan Indonesia. Rerata defisit terhadap PDB pada negara maju mencapai 2.90% sedangkan rerata pada EMDE mencapai 3.58%.

Sebagai implikasi dari defisit anggaran yang selaras dengan kebijakan stimulus perekonomian, akan terjadi peningkatan utang yang gambarannya diberikan pada Peraga-4.

debt-to-gdp-ratio-5b2f65015e137302733f5612.png
debt-to-gdp-ratio-5b2f65015e137302733f5612.png

Sumber informasi (dengan pengolahan) : IMF

Dari Peraga-4, secara rerata posisi rasio utang terhadap PDB pada EMDE pada 49% (2017) dan jauh di bawah posisi AE yang mencapai di atas 100%. Posisi utang terhadap PDB Indonesia masih di bawah 30% walaupun berada di atas Russia yang di bawah 20%. Rasio Brazil pada 2017 mencapai 84% sedangkan India berada pada besaran 70%. Perlu diperhatikan pertumbuhan utang China,  dalam 3 (tiga) tahun terakhir rasionya bertambah dari 39.9% (akhir 2014) menjadi 47.8% (akhir 2017) atau sekitar 8%; walaupun PDB China tumbuh positif.

Melihat tren pertumbuhan, defisit, dan utang pada lingkungan BRISC-I, AE, dan EMDE, tidak gampang bagi Indonesia menentukan pilihan yang baik untuk diadopsi. Model Russia dengan defisit dan rasio utang rendah menghasilkan pertumbuhan PDB negatif; Brazil dengan defisit dan rasio utang tinggi tidak berdampak positif pada pertumbuhan.

Jika India yang dijadikan model dengan defisit hampir 7% dan rasio utang mencapai 70% demi mencapai rerata pertumbuhan PDB 7% (2012 - 2017), akan dianggap pelanggaran terhadap undang-undang (sesuai UU No. 17 2003 tentang Keuangan Negara khususnya pada pasal 12 dan penjelasannya; maksimum rasio defisit anggaran terhadap PDB : 3%, sedangkan rasio utang terhadap PDB : 60%).

Memperhatikan posisi utang, Brazil, India, dan China menyimpan "latent problem" atau masalah tesembunyi yang dapat muncul secara tiba-tiba serta menimbulkan gejolak. Secara khusus, layak dicermati posisi utang China yang dalam tiga tahun berakhir bertumbuh pesat.

Gejolak Global

Merujuk pada catatan World Trade Organization (WTO), nilai ekspor barang (merchandise) global pada 2017 mencapai USD 17.199 Miliar; sedangkan untuk layanan komersil global (commercial services) mencapai besaran USD 5.252 Miliar; secara rerata per bulan transaksi barang dan jasa global mencapai hampir USD 1.870 Miliar.

Sebaran ekspor barang global berdasarkan regional diberikan pada Peraga-5.

Global Merchandise Export 2017 by Region - by Arnold M
Global Merchandise Export 2017 by Region - by Arnold M
Sumber informasi (dengan pengolahan) : WTO

Dari besaran ekspor, kontribusi Asia dan Mid East (atau Timur Tengah dengan dominasi ekspor Minyak dan Gas) hampir 40%, berada diatas Europe. Secara rerata pertumbuhan perdagangan global pasca Great Recession 2008 hanya 2.1% (lihat artikel : Bias atau Realitas "One Trillion Dollar Club"), sementara pertumbuhan PDB global diharapkan 3.1% - 3.5%. Dengan demikian perlu upaya selain perdagangan sebagai pendorong pertumbuhan.

Merujuk pada survei Bank for International Settlements (BIS - 2016), peredaran dana yang ditransaksikan pada pasar uang (forex market) secara rerata harian mencapai USD 5.1 Triliun. Jumlah ini jauh lebih besar daripada kebutuhan untuk menunjang transaksi barang dan jasa yang secara bulanan hanya sebesar USD 1.870 Miliar. 

Untuk mendapatkan hasil atau imbalan atas dana yang dikelola pada "forex market", berbagai upaya dilakukan para pengelola dana dan pelaku dengan "game" yang sarat spekulasi dan sentimen serta menggunakan analisis, pertimbangan, dan proses pengambilan keputusan yang sarat sesat pikir atau "cognitive bias". (lihat artikel : Perjudian Dana Global Biang Kerok Gejolak).

Dengan rasio utang terhadap PDB pada besaran 28.9% (2017), apakah perekonomian Indonesia bebas dari ancaman gejolak global ? Untuk memahami permasalahan secara utuh, perlu melihat struktur utang pemerintah seperti pada Peraga-6.

Outstanding Utang Pemerintah - sumber Kemenkeu
Outstanding Utang Pemerintah - sumber Kemenkeu
Sumber informasi : Kemenkeu - DJPPR - Laporan Kinerja Penyerapan Pinjaman, Hibah dan Project Based Sukuk

Secara umum, pareto utang pemerintah terdiri dari 80% Surat Berharga Negara dan 20% Pinjaman. Gambaran kewajiban yang terkait dengan Utang Luar Negeri diberikan pada Peraga-7.

kewajiban-utang-pemerintah-5b2f80a6cf01b45b564127f3.jpg
kewajiban-utang-pemerintah-5b2f80a6cf01b45b564127f3.jpg
Sumber informasi (dengan pengolahan): Bank Indonesia - Statistik Utang Luar Negeri Indonesia

Secara rerata dalam 12 bulan terakhir (April 2017 - Maret 2018) kewajiban pembayaran pokok utang : USD 542 Juta (triwulanan USD 1.6 Miliar) dan bunga : USD 239 Juta (triwulanan USD 700 Juta); total per triwulan sekitar USDD 2.3 Miliar yang setara dengan Rupiah (IDR) 32.2 Triliun, atau secara tahunan pada kisaran sedikit di atas USD 9.2 Miliar (Bandingkan dengan posisi cadangan devisa akhir Mei 2018 sebesar USD 122.9 Miliar)

Angka-angka sekitar pemenuhan kewajiban utang (pemerintah dan swasta) ditambah dengan kondisi neraca perdagangan menjadi "isu sentral"; ditambah dengan bumbu sentimen dan spekulasi dari domestik dan global seperti masalah Perang Dagang, kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Utama, seperti The Fed USA, Euro Central Bank - Euro Area, Bank of Japan, akan dijadikan "biang kerok" gejolak demi mendapatkan keuntungan dalam transaksi nir barang dan jasa.

Arnold Mamesah - 25 Juni 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun