Mohon tunggu...
Arnol Goleo
Arnol Goleo Mohon Tunggu... Lainnya - GOLMEN

Penaku bercerita.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Makan Daging Tikus Waktu Kuliah Kerja Terpadu (KKT)

18 Oktober 2022   03:43 Diperbarui: 18 Oktober 2022   04:45 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tepat tahun 2018 kami mengikuti Kuliah Kerja Terpadu (KKT) sekitar 4.000an mahasiswa. Dan lokasi KKT di dua kabupaten yakni Minahasa Selatan dan Minahasa Tenggara.

Setiap mahasiswa dibentuk kelompok terdiri dari 10 sampai 11 orang. Kelompok kami sendiri di tempatkan di Desa Pakuure Tinanian, Kecamatan Tenga, Minahasa Selatan.

Program KKN atau KKT yaitu pembuatan WEBDES, bimbingan belajar, dan penyuluhan hukum. Tujuan dari pembuatan Website guna sebagai wadah dalam mempromosikan seperti potensi desa, mempromosikan tempat yang bisa menjadi wisata desa, dan sosial budaya.

Namun di sini, saya tidak akan menjelaskan secara detail tentang kegiatan atau program yang kami laksanakan di Desa Pakuure Tinanian. Tetapi saya akan berbagi cerita menarik dan berkesan selama KKT atau KKN.

Keberangkatan kami dari kampus tidak langsung turun ke desa-desa. Bus kampus mengantarkan kami hanya sampai di kota atau Kantor Bupati Minahasa Selatan.

Beberapa jam kami berkumpul di sebuah aula di sana (Aula Kantor Bupati). Tentu, ada bupati Minsel dan para camat dari berbagai kecamatan guna mengikuti arahan singkat dari Bupati Minsel kepada kami.

Menarik, dan berkesan. Ketika kami mendengar pernyataan dari Bupati Minsel mengatakan; "Kalau ada camat yang tidak menerima atau mahasiswa tidak disambut dengan baik di desa, lapor saja ke saya."

Seusai mengikuti arahan bupati, pikirku kami akan mencari masing-masing kendaraan menuju desa tempat KKT. Ternyata, di luar atau depan Kantor Bupati masing-masing Kecamatan sudah menyiapkan kendaraan Pick Up untuk kami mahasiswa.

"Semasa dalam pembekalan di kampus bahwa kami disarankan agar menyiapkan uang saku sebab belum tentu masyarakat bersedia menjamin kebutuhan sehari-hari selama KKT di sana."

Sehingga, saya sendiri berpikir "KKT di desa nanti yang saya kunjungi tidak sama di desa saya, maka saya harus membawa uang saku yang cukup selama KKT di sana agar tidak kelaparan."

Akhirnya, kami pun tiba di Desa Pakuure Tinanian. Kami berkumpul di rumah  Hukum Tua atau Kepala Desa (mendengar arahan singkat) dan mereka menyambut dengan baik (Pemerintah Desa). Juga, masyarakat setempat menyambut kami dengan ramah.

Bahkan kami di sambut dengan ayam bakar, ikan bakar dan beraneka ragam macam makanan dihidangkan untuk kami. Dan bukan hanya di waktu penyambutan selama kami di desa itu soal makanan kami tidak kekurangan. Waduh, kalau ungkit KKT atau KKN serasa ingin mengikuti ulang. Hehehe...

Setelah mendengar arahan, masing-masing kami menuju tempat tinggal yang telah di bagi. Karena kami ada 11 orang dibagi lima tetapi saya dan kedua teman tinggal bertiga yang lain hanya berdua tinggal di rumah masyarakat. Selain itu, ada dua orang tinggal di rumah Hukum Tua.

Seiring berjalannya waktu KKT. Seingatku, seusai kegiatan sepanjang hari saya dan temanku kembali ke rumah (tempat tinggal).

Di tengah perjalanan, temanku berkata padaku; "Waduh, bahaya nih kalau saya ditanya masyarakat tentang hukum." Karena dia adalah mahasiswa fakultas hukum, saya tersenyum dan berkata padanya kamu pasti bisa menjawab.

Mungkin, ini salah satu penyebabnya sehingga mereka kurang bergaul dengan masyarakat setempat. Sehingga, ada beberapa masyarakat berkata padaku; "Dulu kampus lain juga pernah KKN di sini, tetapi hanya satu dua orang bergaul dengan masyarakat. Kamu ini seperti mahasiswa salah satu dari mereka yang mudah bergaul dengan masyarakat."

Mungkin karena bergaul dengan masyarakat hingga salah satu anak desa terpikat padaku. Untungnya saja tidak sempat jadi..., karena menjaga hati si dia yang jauh di sana. Hehe..

Kemudian, tanggal penarikan sudah dekat (kurang satu minggu lagu) kami baru saja selesai kegiatan di posko yaitu di Balai Desa. Sore sekitar pukul 17:00 WITA saya dan salah satu lagi temanku pulang ke rumah (tempat tinggal) namun sempat berkunjung ke rumah Hukum Tua.

Berselang beberapa menit bercerita dengan Hukum Tua, Istri beliau pun menyajikan makanan untuk kami. Makanan yang di hidangkan adalah nasi lauknya daging tikus. Apa Anda sudah pernah makan tikus? Belum? Sesekali berkunjunglah ke Kota Manado.

Mau bagaimana lagi, mau tak mau saya harus menyantap makanan yang telah tersaji di depan kami apalagi saya orangnya menghargai apapun itu walau tidak biasa tetap dimakan.

Bagi orang Manado itu sudah biasa bahkan istri beliau (Hukum Tua) mengatakan; "Ini daging paling enak dan di sukai masyarakat di sini." Di sinilah saya makan tikus.

Di hari berikutnya salah satu teman di desa itu ulang tahun kami semua di panggil makan malam. Sampai di sana, di rumah temanku (yang punya hajatan) mengajak makan tikus lagi, tetapi kali ini  aku tak makan sebab sudah ada banyak lauk pauk yang dihidangkan.

Bailengit, 18 Oktober 2022

Arnol Goleo [04:42 WIT]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun