Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bohemian Rhapsody

11 Februari 2019   20:31 Diperbarui: 11 Februari 2019   21:20 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.pinterest.com/bobdewald

Ketika aku masih larut dalam tangis penyesalanku, aku melihat sebuah bayangan sedang menuju selku. Bayangan kecil itu akhirnya berwujud seorang lelaki berbadan kekar mengenakan sebuah topeng yang terlihat bagian mata, hidung dan mulutnya saja. Oh tidak! Itu pasti algojo yang akan membawaku ke kursi listrik. Siapapun, tolong selamatkan aku! Kursi listrik itu sungguh-sungguh menakutkan!

Aku tak bisa menahan rasa takutku sampai-sampai aku memohon pada algojo di sampingku, "Tidakkah kau kasihan melihat seorang lelaki miskin mati konyol hanya karena persoalan sepele. Aku hanya terlibat pembunuhan biasa. Mereka terlalu berlebihan menjatuhkan hukuman mati padaku."

Akan tetapi algojo di sampingku tak merespon perkataanku. Ia hanya menatap kosong padaku. Namun aku belum mau menyerah, "tolong lepaskan aku. Aku cuma lelaki miskin dari keluarga orang miskin. Tolong lepaskan aku dari hukuman mengerikan ini!"

Sang algojo sudah mendudukkanku di atas kursi listrik. Kedua tanganku sudah terikat. Begitu juga dengan kedua kakiku. Di hadapanku terlihat beberapa orang sedang menanti eksekusiku. Tak ada yang bisa kuharapkan lagi. Aku berdoa dalam hati. Memohon mukjizat Tuhan membebaskanku.

Kutunggu-tunggu begitu lama, aku tidak melihat atau merasakan apapun sesaat setelah aku berdoa. Yang ada malah sang aljogo sudah selesai dengan urusan teknis kursi listrik lalu bertanya padaku, "ada kata terakhir yang mau kau sampaikan?"

Dalam hitungan beberapa detik, aku belum bisa berkata apa-apa. Aku menatap sekelilingku, pada kerumunan orang mengamati prosesi hukuman matiku. Tapi kedua bola mataku tertuju pada seorang gadis berambut panjang melewati bahu. Aku sempat tak berkedip melihatnya. Ia tidak sendirian. Lelaki berperawakan tinggi dan tampan menyunggingkan senyum mengejek padaku sambil merangkul bahunya.

Tidak kusangka-sangka, Monna, gadis yang telah berpacaran denganku selama dua tahun sampai hati mengkhianatiku. Dia pernah bilang sesulit apapun kondisiku, dia tidak akan pernah meninggalkanku. Dan kini apa yang kulihat di depan mataku, hanyalah sebuah omong kosong. Apa dia pikir dia bisa menyingkirkanku?! Tak sadarkah kalau yang dia lakukan bagaikan meludah ke mata mataku! Oh mungkin saja dia sengaja membiarkanku mati dan menyaksikan detik-detik sakratul maut menjemput nyawaku?! Oh tidak!Tidak bisa dibiarkan! Aku harus pergi! Aku harus keluar dari sini!

Percuma. Percuma aku menggoyang-goyangkan kedua tangan dan kedua kakiku.Percuma saja aku memaki-maki mereka. Tak ada yang bisa kulakukan selain pasrah. Air mataku meluruh pelan-pelan tapi pasti. Aku menolehkan kepala ke arah algojo di sampingku lalu menggeleng dua kali, memberitahu kalau tidak ada kata-kata terakhir apapun.

Arus listirk mulai menyerbu aliran darahku. Aku tak sempat menerka-nerka berapa ratus volt tegangan listrik menusuk jaringan otak, paru-paru dan jantungku. Mereka seakan-akan membakar darahku.Tubuhku tidak kuat lagi menahan tegangan listrik yang mulai memanggang jaringan lemak dari tungkai kaki sampai pipi. Hidung mencium bebauan seperti bau daging gosong.

Beginilah akhir hidupku. Benar-benar tidak ada artinya. Semua orang yang berada di sana bisa menyaksikan bagaimana tragisnya kematianku. Benar-benar tidak ada artinya. Tapi ke mana ibuku? Ke mana adikku? 

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun