Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dunia Baru Untuk Wanita Pendosa

7 Oktober 2017   16:41 Diperbarui: 11 Oktober 2017   12:52 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            "Coba kamu buang air kecil dulu biar ibu pake alat ini," suruh ibu sambil menunjukkan kertas tipis dengan panjang 6 cm. Aku menuruti perintah Ibu. Tak sampai satu menit aku buang air kecil dan kulihat ibu keluar dari kamar mandi dengan wajah pucat seputih tisu. Tubuh ibuku bergetar.

            "Nak... kamu... sudah punya pacar?"

            "Iya, Bu." Begitu aku menjawab pertanyaan dari Ibu, tubuh ibu ambruk begitu saja di atas lantai kamar mandi. Aku tak tahu apa yang membuat ibuku jatuh pingsan begini.

            Di ruang keluarga, ayahku duduk di samping ibuku dengan wajah shock dan pucat. Ayah mencecarku dengan berbagai pertanyaan interogatif.

            "Dan sekarang di mana laki-laki itu?! Di mana dia sekarang?! Dia harus tanggung jawab dengan janin yang kamu kandung sekarang ini." Kulihat wajah ayah merah padam berusaha menahan emosi yang mungkin membuncah di ubun-ubun.

            "Aku juga tidak tahu di mana dia sekarang, Ayah. Aku sudah berkali-kali menghubunginya tapi selalu tidak ada jawaban," jawabku pada ayah. Ayahku hanya bisa menangkupkan kedua telapak tangannya di atas wajah sambil memekik keras. aku Cuma bisa menangis tersedu, menyesali kebodohan yang kulakukan selama ini.

            Pukul 23.00. Kedua orang tuaku sudah tertidur pulas. Dan aku sudah siap dengan berbagai barang bawaanku. Aku galau antara memilih pergi atau tetap di rumah ini. Kalaupun aku bertahan di rumah, cepat atau lambat para tetangga akan mengetahui skandal ini. dan tentunya ini bisa membuat nama orang tuaku makin tercemar. Dan kuputuskan sudah aku pergi dari rumah.

            Sekitar dua kilometer dari rumah, tiba-tiba wajahku dibekap oleh sosok tidak dikenal dan aku digiring ke dalam sebuah mobil van. Entah berapa lama di perjalanan, aku berada di sebuah rumah besar penuh wanita berpakaian minim dan berlagak seperti anjing betina.

            "Ini tante Ros. Namanya Zahra Saskia Fitri." Begitu aku siuman, aku menyadari kalau itu adalah suara teman akrabku, Yunita bersama dengan pacarku, Brandi.

            "Nama yang indah. Tapi mulai sekarang, kamu akan memakai nicknameyang mudah diingat oleh pelanggan tante nanti ya. Dan untuk kalian berdua, uang kalian akan saya kasih di belakang. Full," ujar tante Rosa.

            Sepasang kekasih itu memandang satu sama lain dengan senyum bahagia lalu berucap, "Terimakasih, Ros."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun