Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dunia Baru Untuk Wanita Pendosa

7 Oktober 2017   16:41 Diperbarui: 11 Oktober 2017   12:52 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Aku mengangguk sekali lalu kubenamkan wajahku dalam lipatan kedua tanganku, "Gua bingung harus gimana lagi biar kebersamaan gue dengan orang tua gue bisa kembali seperti dulu. Apa tujuan gue lahir di dunia ini hanya untuk dipuaskan secara materi? Gua juga butuh namanya cinta dan kasih sayang." Aku kembali menengadahkan kepalaku kemudian kupandang wajah temanku, berharap dia punya jawaban yang tepat atas segala kegelisahanku.

            Yunita tersenyum penuh misteri lalu berkata, "Cinta dan kasih sayang yang kaudambakan itu bukan hanya kau dapatkan dari orang tuamu saja. Kau bisa mendapatkan dari laki-laki. Bahkan kau tubuhmu itu juga bisa ikut merasakan kenikmatan sejati dari yang namanya cinta."  

            Sekilas aku menatap temanku, Yunita dengan rasa ragu. Tapi aku sendiri menjadi penasaran apa maksud dari perkataan temanku yang satu ini. Akan tetapi di situlah awal malapetaka.

*

            Di persembunyianku aku terus dirundung was-was dan cemas. Aku takut ketiga preman itu menemukan aku bersembunyi di balik jalan buntu. Aku ngeri membayangkan kalau mereka menyuruhku kembali ke dunia hitam itu dan memaksaku mengakhiri hidup calon anak manusia.

            Aku mengelus perut buncitku seraya mengingat awal malapetaka itu bermula saat aku berkenal dengan teman pria Yunita, Brandi. Dia lelaki tampan berkulit kuning langsat. Dagu datar. Rahang kokoh. Dia selalu memakai pakaian trendyala kekinian.

            Di awal perkenalan dia memperlakukanku bak putri raja yang dimanjakan dengan segala bentuk perhatian dan kasih sayang. Dan aku merasa ada rasa yang terpenuhi. Seakan ruang hampa itu terisi sedikit demi sedikit. Ada rasa nyaman sekaligus candu merembes ke dalam lubuk hatiku. Mungkin inilah yang dinamakan kenikmatan cinta. Dan menjelang bulan kedelapan, aku menjalin hubungan dengannya, dia meminta sesuatu yang cukup membuatku berpikir-pikir panjang---kehormatanku.

            Awalnya aku berhasil menolak secara halus akan tetapi mendengar kata-kata manis, janji serta perkataanku padanya---'kau adalah lelaki yang bisa membuatkumenggantungkan dan berharap sekeras ini. Dan aku mau memberikan apa yang kumiliki'. Dan kupikir aku harus menepati janj itu. Aku menyerahkan kehormatanku penuh kerelaan dan terbuka. Bahkan kami melakukan hal ini berdasarkan suka sama suka sampai kejadian itu terjadi.

*

            Aku merasa sesuatu bergejolak hebat dalam perutku. Ada sensasi yang mengharuskanku membuang apa saja isi di perutku. Aku sudah mondar-mandir dua kali menuju kamar mandi.

            "Lho Zahra kamu kenapa? Akhir-akhir ini, kamu jadi sering muntah-muntah?" tanya ibuku. Aku menggeleng tidak tahu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun