Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pesta

26 September 2017   14:45 Diperbarui: 26 September 2017   15:04 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Stansel!" pekik Angelani. Lelaki itu dalam kondisi babak belur. Dari lubang hidungnya, setetes darah kering menempel. Juga bibir cokelatnya berdarah.

"Sahabatku  Stansel, aku harap kau akan menikmati pesta kami berdua ya. Satu hal yang mau aku bilang, jangan terangsang," ujar Reonald. Stansel menatap penuh kebencian dan kutukan tapi lelaki berambut klimis membalas dengan seringai menakutkan.

"Kau tahu, Angelani, ketika aku SMA, aku selalu membayangkan bisa dekat denganmu bahkan bagaimana rasanya bisa menikmati tubuh indahmu itu. Bahkan,aku kerap menjadikanmu objek fantasi seks liarku dan sekarang inilah waktunya." Usai membuka celana panjang yang diakenakan, Reonald mendaekati tubuh Angelani yang tak berbusana itu dan segera menunaikan hasrat kebinatangannya.

Stansel memalingkan wajahnya menghindari adegan menjijikan itu. Sementara itu, Angelani tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa pasrah menerima perlakuan Reonald pada dirinya.

"Hah, ternyata kau tidak suci lagi! Kau dan tunanganmu itu sama-sama bejad  rupanya. Untung aku tidak berpacaran denganmu. Sebagai gantinya aku akan mengambil kulit paha, perut dan wajahmu untuk kujadikan koleksi." Reonald beralih sebentar dari hadapan perempuan itu.

Kemudian Reonald datang lagi dengan menenteng sebuah pisau berukuran 12 sentimeter di tangan kirinya. Tiba di hadapan tubuh Angelani, ia membuat goresan agak panjang dan dalam dimulai dari selangkangan. Perempuan itu tidak bisa membayangkan betapa sakit dan pedih sayatan pisau milik Reonald. Lelaki itu melakukan penyayatan tanpa menggunakan bius.


Begitu selesai di bagian paha, beralih ke bagian perut. Rasanya ingin sekali Angelani mengeluarkan isi perutnya. Ia sudah tak tahan dengan siksaan yang dia terima.

"Bunuh saja, Reon. Bunuh!" pekik Angelani bersamaan dengan jeritan rasa sakit yang mulai tidak bisa ditahannya.

"Sabar, Angela manis. Ini belum seberapa. Di wajah justru lebih menyakitkan lho," balas Reonald sambil berkonsentrasi mengiris kulit perut Angelani.

Angelani hanya bisa menangis tersedu-sedu sambil memohon ampun pada Reonald tapi hal itu tidak membuat lelaki itu menghentikan aksinya.

"Selesai di bagian perut. Sekarang giliran wajahmu." Reonald mengangkat pisau pelan-pelan mendekati wajah perempuan itu. Perempuan itu terus menghindar sebisa mungkin agar pisau itu tak sedikit pun menggores kulit wajahnya. Reonald yang geram langsung menusukkan pisau itu ke batang leher Angelani sebanyak dua kali. Perempuan itu menggelepar begitu darah dari lehernya mengucur deras. Dan sekarang lelaki itu bisa melakukan tugasnya dengan leluasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun