Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pesta

26 September 2017   14:45 Diperbarui: 26 September 2017   15:04 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tempat itu terlihat seperti tempat penjagalan. Meskipun terlihat bersih dan rapi, bau amis darah  seakan menjadi pengharum ruangan itu. Sebuah meja memuat berbagai jenis alat potong mulai dari pisau sampai dengan gergaji mesin tersedia di sana. Dan yang membuat Angelani gamang sekaligus bergidik ngeri yakni tubuhnya terikat dalam posisi berdiri. Dan lebih mengejutkan, tubuh polos nan mulusnya itu tidak tertutupi sehelai benang pun.

"Kau sudah bangun, Angelina? Sepertinya aku datang tepat waktu," ujar Reonald sambil membuka pintu ruangan itu. Tapi ada yang berbeda dari penampilan Reonald. Lelaki itu memakai kemeja hitam dilapisi celemek warna hitam pula. Akan tetapi tatapan mata Reonald berubah menjadi dingin dan hampa.

"Ini di mana?! Mau kau apakan aku, bajingan?!" maki Angelina dengan suara bergetar.

"Gadis manis, gadis manis tidak boleh berkata kasar begitu dong. It's impolite," balas Reonald seraya tersenyum puas melihat amarah perempuan itu lalu berkata lagi,  "kamu lupa ya? Kita ini lagi pesta. Pesta ini kuadakan sebagai bentuk sukacitaku bisa bertemu dengan kamu dan sahabat baikku."

"Kamu gila, Reon! Kau gila! Lepaskan aku dan biarkan aku pergi dari sini," pinta Angelina sambil meronta-ronta, berharap tali yang membelenggunya terlepas.

"Biarkan kamu pergi? Hahaha, mana boleh. Kamu enggak membayangkan gimanabesarnyakerinduanku ingin bertemu dengan mantan gebetan dan sahabatku? Dan aku yakin inilah saat yang tepat membalaskan kerinduan itu. Tapi aku mau nunjukkin surpise buat kamu. Dan aku yakin kamu pasti suka." Tak jauh dari tempat Angelina disekap, ia melihat Reonald menyibakkan kain penutup hitam yang menutupi sesuatu di baliknya.


Kelopak mata perempuan itu tak berkedip sedikit pun. Ia tidak sanggup menahan hamburan air mata. Tangis pilunya meledak keras ketika ia mengetahui sosok yang berada di balik kain hitam itu.

"Apa yang kaulakukan dengan tunangaku,  Biadab?!! Kenapa kau tega membunuhnya?!" Perempuan semampai itu hanya bisa meratapi Adre Galing, tunangan Angelina, yang kini menjadi mayat.  Kondisi Adre sungguh mengenaskan. Ia tidak mengenakan pakaian. Kulitnya putih pucat. Di bagian dada, terdapat bekas jahitan memanjang berbentuk persegi panjang.

"Oh jadi ini tunanganmu? Aku yakin dua hari belakangan ini kau pasti mencarinya 'kan? Padahal aku cuma bertanya sudah berapa kali kau berhubungan badan dengannya dia malah enggak mau jawab. Itulah sebabnya aku menggorok lehernya dan mengambil organ tubuh dalam untuk diperjualbelikan di pasar gelap." Reonald menceritakan pembunuhan yang dilakukannya tanpa rasa bersalah.

Angelani hanya bisa menggeleng kepala sambil memaki bahkan mengutuk perbuatan Reonald. Akan tetapi lelaki itu hanya tertawa sadis sambil menorehkan senyum kemenangan.

"Oke sebelum pesta ini dimulai, aku mau ada penonton yang menyaksikan pesta ini." Reonald beralih ke sebelah kiri Angelani seraya membuka kain penutup yang menutupi sesuatu di baliknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun