Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tumbal Arwah Jelangkung - 8

26 Februari 2016   18:36 Diperbarui: 26 Februari 2016   18:56 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 “Hmm, ya sudah. Pergilah ke kamarmu.” ibunya Donni berdeham pelan.

Donni memelesat menuju kamarnya. Ia mengunci kamar, merebahkan diri dengan tubuh masih terbalut seragam sekolah. Ia mengurut keningnya dengan kedua tangannya. Seingatnya, ada sebuah majalah investigasi paranormal yang membahas lengkap tentang seluk-beluk jelangkung. Di sana tertulis bahwa arwah jelangkung yang dipanggil ke dalam media, akan kembali ke alamnya begitu para pemain sudah melakukan ritual pemulangan arwah. Jika arwah yang merasuki boneka tidak mau pulang, para pemain setidaknya harus menghancurkan medianya.

 “Kau tidak akan bisa menghentikanku...”

 “Kau!” sergah Donni.

“HIHIHIIIIIIIII!” sosok perempuan menghilang dalam sekali kedipan mata.

Donni buru-buru menanggalkan baju dan celana sekolah. Ia menggertakan giginya, melihat situasi yang semakin memanas. Jarak antara kematian dan kehidupan terasa sangat tipis. Terlambat saja ia bertindak, bisa saja Lina kehilangan nyawanya. Tapi bukan hanya Lina saja yang terancam, bahkan, ia dan Heru bisa saja menjadi korban berikutnya.


Lidahnya menyempil sisa daun singkong yang lengket di pinggir bibirnya. Donni baru saja selesai menyantap sepiring nasi dengan ikan gembung sambal dan sayur singkong bersantan. Ia menyiapkan tenaganya bepergian ke rumah Heru. Donni memanggul tas sekolah yang biasa dipakai di atas pundaknya. Ia juga sudah menyiapkan alasan jika ditanya soal kepergiannya.

 “Donni, kamu mau kemana, nak?” ibunya muncul dari balik pintu begitu melihat anaknya menggiring sepeda motornya keluar.

  “Aku mau ke rumah teman, ma. Ada kerja kelompok.” ujarnya sambil memutar kunci.

   “Hati-hati, jangan pulangterlalu lama.” pungkas ibunya sambil kembali menutup daun pintu.

Usai memasukkan persneling, Donni melajukan sepeda motornya lebih kencang untuk sampai di rumah Heru. Tidak butuh waktu lama untuk bisa sampai di rumah Heru. Rumah Heru hanya berjarak satu setengah kilometer dari rumahnya. Hanya melewati jalan lurus kemudian belok kiri. Di situ, dia akan menemukan sebuah rumah berpagar besi yang berada di depan teras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun