“Kita terpental, begitu juga dengan boneka itu. Ketika aku berusaha bangkit, aku mendengar suara samar-samar dan ia bilang ia akan menjemput kita ke alamnya...“
“Apa yang dimaksud dengan alamnya? Dan siapa dia?“ timpal Donni.
“Aku pun tidak tahu. Yang pasti, ini ada hubungannya dengan kematian teman-teman kita.“ ujar Lina serius.
 “Oh ya, apa mungkin boneka jelangkung itu masih berada di sekitar rumah itu?“ tambah Heru.
 “Aku pun tidak tahu, tapi apa salahnya jika kita mencarinya ke sana? Siapa tahu boneka itu adalah jawaban dari semua teror yang kita alami.“
 “Kalau begitu tunggu apalagi, ayo kita pergi.“ ajak Donni pada mereka berdua.
Donni melirik arlojinya—17.00. Waktu semakin petang. Mereka harus cepat sebelum memasuki malam hari. Donni dan Heru menuju tempat parkir, mengambil sepeda motor. Donni menyuruh Lina duduk di jok belakang. Ia langsung menekan tombol electric stater. Donni menarik gas dan sepeda motornya melejit kencang dari cafe.
Angin bertiup dari depan. Rambut panjang Lina terurai kemana-mana ditambah lagi Donni memacu sepeda motornya terlalu kencang. Untuk mengatasinya, ia mengambil ikat rambut dari saku celana jeans-nya dan mengepang rambut panjangnya.
Meskipun begitu, ada sensasi menyenangkan begitu lengannya menyentuh punggung Donni. Tulang belakangnya kokoh dan padat. Inilah yang membuat angannya melambung jauh. Dirinya bisa membayangkan bagaimana rasanya bersandar di dada bidang Donni, pasti nyaman sekali.
Sudah cukup dirinya berfantasi tentang Donni. Misi pencarian boneka jelangkung merupakan sebuah usaha pertaruhan nyawa sekaligus mengungkap tabir misteri di balik kematian para temannya. Tapi entah mengapa, ada firasat buruk menghampiri pikirannya ketika mereka sudah sampai ke rumah kosong itu.
Rumah yang terletak di depan jalan Kenanga, sudah tertutupi rumput-rumput liar. Cat kuning telur yang melapisi dinding tampak kusam dan memudar. Rumah kosong itu mempunyai halaman cukup luas di bagian depan dan belakang. Halaman belakang ditumbuhi pepohonan bambu menjulang tinggi tapi tak terawat. Entah apa yang terlintas di pikiran sang tuan rumah begitu meninggalkan rumah sebagus ini .