Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tumbal Arwah Jelangkung - 6

22 Februari 2016   18:43 Diperbarui: 22 Februari 2016   19:02 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Tuhan Maha Kuasa mendengarkan doanya. Secara ajaib, ia sudah bisa menggerakkan anggota tubuhnya, semuanya. Shanti tunggang langgang meninggalkan dapurnya, tempat makhluk itu berdiri. Ketakutan luar bisa membuat kecepatan larinya meningkat. Dalam waktu 15 detik, ia sudah berada di depan kamarnya. Ia mengobok-obok kantong celana jeans-nya, mencari kunci kamarnya. Kunci itu berada di kantong belakang sebelah kiri. Shanti buru-buru menariknya. Ia menoleh ke belakang. Makhluk itu sedang menyusul Shanti. Ia melayang pelan sambil menatap Shanti dengan bola matanya yang kosong. Ia semakin dekat, hanya tinggal 10 meter lagi.

Tangan Shanti menggigil tak karuan ketika mencoba memasukkan kunci ke dalam lubang pemutar. Makhluk itu tertawa cekikikan melihat Shanti bergeletar memandangnya. Shanti menarik napas pendek kemudian memutar-mutar kunci dan terbuka. Ia menyelinap, cepat-cepat menutup pintunya. Ia mengunci rapat dan segera bersembunyi di bawah selimutnya. Dalam selimutnya, mulut Shanti bekomat-kamit, memanjatkan doa agar makhluk halus enyah dari hadapannya.

Keadaan tidak terlalu mencekam. Shanti mulai keluar dari selimutnya. Ia beringsut dari tempat tidurnya, mengendap-endap menuju pintu. Ia memperhatikan langkah kakinya agar tak menginjak sesuatu yang mencurigakan. Tangannya memegang ujung gagang pintu. Shanti menyembulkan kepalanya, melihat keadaan sekitar. Bola matanya mengedar ke kiri dan ke kanan. Semuanya kosong. Cuma keremangan dan kesunyian yang mendominasi di sana.

Shanti bisa bernapas lega. Akhirnya, makhlukitu sudah pergi. Ia mengalihkan pandangannya menuju meja belajar. Seperti biasa, ia akan melaksanakan kewajibannya sebagai seorang siswa. Saat melangkah, Shanti merasakan sesuatu sedang memegangi pergelangan kakinya. Menahan pergerakannya. Shanti berusaha memberanikan diri, memalingkan kepalanya.

Makhluk itu kembali memberikan senyumannya yang mengerikan. Shanti memekik keras. Ia berontak dengan menggoyang-goyangkan kakinya, menendang wajah dan tangan makhluk itu. Bukannya dilepas, ia malah menguatkan cengkeramannya dan menangkap kaki kiri Shanti, sehingga wajahnya terjerembab mencium lantai. Saat dirinya menengadahkan wajah, ia mendengar gumaman samar makhluk itu.

“Kau takkan kulepaskan...“

Shanti putus asa. Ia pasrah. Ia tidak kuat lagi menghadapi makhluk ini. Tenaga dan energinya habis terkuras meloloskan diri dari cengkeraman makhluk itu. Kelopak mata Shanti tertutup pelan-pelan. Ia tak sadarkan diri.

Malam panjang beralih pagi. Panitia OSIS sedang bersiap memanggil para pemain basket untuk segera datang menuju ke lapangan basket.

Sesuai yang diumumkan pak Brahman, OSIS SMA 1 dan SMA 2, berencana mengadakan pertandingan basket dan bola voli untuk bidang non akademik. Dan lomba pidato dan baca puisi untuk akademik, tanpa pungutan biaya pada siswa. Para siswa yang mengikuti perlombaan akademik berkumpul di aula sekolah dan perlombaan non akademik berkumpul di lapangan basket dan voli.

Lina sudah keluar bersama Fanny dan teman sekelasnya, Inar. Mereka bertiga duduk di depan taman kelas sambil memandangi para pemain basket yang sebentar lagi akan bertanding. Sebenarnya, Lina ingin menunggu Shanti, tapi karena ajakan Fanny dan Inar, dia memilih menuruti ajakan mereka sambil berharap Shanti akan datang.

Dari banyaknya para pemain basket yang berkumpul, Linna melihat Donni di sana. Ia mengenakan kaus oblong panjang tanpa lengan abu-abu dengan logo NBA tersablon di depan kausnya. Sepatu Nikeyang dipakai di kakinya, menambah kesan bahwa ia adalah seorang pemain basket handal. Donni juga memakai bando untuk merapikan rambutnya yang tebal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun