Mohon tunggu...
Armin Bell
Armin Bell Mohon Tunggu... profesional -

Blogger, Orang Indonesia, Telinga - Sebuah Antologi

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Playmaker di Balik Kursi Pelatih; Sebuah Catatan Tentang Sepak Bola Modern

18 Februari 2012   04:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:30 1042
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Sepak bola modern bertumpu pada lapangan tengah. Tim yang menguasai lapangan tengah hampir pasti selalu tampil ciamik, menuai kemenangan dan memanjakan striker. Sebut saja Messi yang begitu cemerlang di Barcelona. Pemain muda berjuluk bocah ajaib ini dianggap tidak akan mampu mencetak banyak gol tanpa kehadiran Xavi Hernandes di lini tengah. Maka masuk akallah sudah mengapa Lionel tidak sangat bersinar di tim tango Argentina. Tim ini akhir-akhir ini tidak punya pemain hebat yang menjadi pengatur irama di lini tengah. Juan Roman Requelme tidak lagi pada penampilan terbaiknya sementara Pastore tidak cukup mampu mengemban tugas itu.

Demikianlah sepak bola modern bertumpu pada lapangan tengah, tempat di mana irama permainan diatur sesuka hati, cepat, melambat, sedang atau mendikte lawan. Bahkan sepak bola Inggris yang dikenal dengan kick and rush dan mengandalkan bola-bola panjang sekarang sudah merasakan tidak 'menggigitnya' formula tersebut pada penampilan mereka. Meski Rooney adalah striker hebat, tetapi tanpa dukungan 'memanjakan' dari lapangan tengah, striker gempal ini lebih sering menjadi penjemput bola daripada pencetak gol. Perolehan golnya lumayan banyak untuk musim ini, namun sebagian di antaranya adalah dari servis bola mati, tendangan pinalti dan tidak dari open play.

Ya, Manchester United adalah bukti nyata tentang betapa sepakbola modern adalah solidnya lapangan tengah. Kegagalan mereka memuncaki klasemen sementara di Liga Inggris disebut-sebut disebabkan oleh cederanya beberapa pemain yang bertugas sebagai jenderal lapangan tengah. Anderson dan Cleverly tidak banyak tampil musim ini, United terpaksa harus memanggil kembali Scholes yang sudah memutuskan untuk pensiun.

Man United tidak punya playmaker yang mumpuni sementara City kelimpahan. David Silva, Samir Nasri dan beberapa nama lain membuat tim yang oleh pelatih MU Sir Alex Ferguson disebut sebagai tetangga berisik ini tampil hebat. Balotelli, Dzeko, Kun Aguiero hanya bertugas mencetak gol dan bukan sebagai penjemput bola. Hasilnya? City untuk sementara ini mendominasi.

Saya tiba-tiba ingat penampilan Garuda Muda di final Sea Games XXVI beberapa waktu lalu. Egi Melgiansyah dan kawan-kawan berhadapan dengan anak-anak dari negara tetangga Malaysia. Semua pasti sepakat, lapangan tengah ketika itu dikuasai oleh Malaysia. Sama-sama memakai ban kapten, Badrol Bakhtiar lebih cerdas dibandingkan Egi, padahal Patrich Wanggai dan Titus Bonai jauh lebih hebat dibanding striker-striker Malaysia. Hasilnya, Malaysia menang dan kita harus puas dengan gelar juara umum ajang multi event itu tanpa medali emas dari cabang sepakbola.

Apa artinya? Sederhana. Tugas pelatih menjadi mudah jika memiliki pemain dengan talenta luar biasa di lapangan tengah. Pep Guardiolla dan Roberto Mancini tidak akan berjumawa ketika Xavi, Iniesta, David Silva atau Yaya Toure tidak bisa ikut bermain. Pun Rahmad Darmawan tidak bisa berbuat banyak melawan Malaysia, ketika tidak punya pilihan lain selain Egi di lapangan tengah. Indonesia pernah punya (hanya) dua pemain bertipikal playmaker dan layak disebut jenderal lapangan tengah. Mereka adalah Fachri Husaini yang membuat Widodo C. Putra terkenal seantero Asia di zaman dahulu dan Eduard Ivak Dalam yang memanjakan Kurniawan Dwi Yulianto dan Bambang Pamungkas di zaman setelahnya. Mereka pergi, kita kehilangan greget di lapangan bola bahkan di depan publik sepak bola sendiri.

Maka, tidak perlu heran mengapa Persipura Jayapura mendominasi sepak bola tanah air. Selain karena faktor Jacksen F. Tiago, di sana ada Zahrahan Krangar, pemain dengan tingkat inteligensia di atas rata-rata pemain lainnya di negeri ini. Dan hari-hari selanjutnya, Boaz, Tibo dan Lukas Mandowen akan semakin dimanja menyusul kembalinya Manu Wanggai, playmaker muda lainnya dari cedera panjang. Wanggai disebut-sebut sebagai generasi berikut playmaker Indonesia setelah Ivak Dalam. Di Inggris, Ferguson boleh bernafas lega. Tom Cleverly telah kembali. Usaha mengejar dan menyalib Manchester City akan lebih mudah, karena sepak bola modern itu soal lapangan tengah.

Oops... satu lagi. Berhentilah berpolitik dalam sepak bola, karena kalau tetap berpikir tentang legal atau tidak, timnas kita mungkin akan bermain tanpa playmaker karena beberapa pemain dengan tipikal ini justru bermain di liga yang dianggap tidak legal. Manu Wanggai itu pemain Persipura, lho...! Salam olahraga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun