Tolong jangan jejali otakku dengan syair-syair makian. Diriku khawatir jika terus mengeja syairmu, esok lusa akupun belajar
merangkai syair penuh makian; belajar memaki negeri ini, memaki saudara-saudaraku sendiri.
Tolong jangan seret aku ke dalam kisahmu. Tolong jangan atas namakan agama untuk menyerang, karena kami juga memiliki agama. Kami bukan ahli agama, tapi selalu belajar menjadi lisan dan tulisan agama yang menyejukkan kalbu.
Tolong, nuraniku sudah menangis mengeja kata-katamu. Karena kucemas, kita akan mewariskan apa ke anak cucu nanti. Peradaban politik yang damai ataukah penuh ajakan perang ?
Tuhanku, tolong bimbing negeriku. Jangan biarkan kami saling melukai.
(Catatan langit, 24 Februari 2019)
Ditulis dengan tangisan