Mohon tunggu...
Dicky Armando
Dicky Armando Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Seseorang yang bermimpi berbuat sesuatu yang luar biasa untuk masyarakat dan negara-nya.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Stabilitas Sistem Keuangan dan Emas Batangan untuk Saya

12 Juli 2019   21:41 Diperbarui: 12 Juli 2019   21:49 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Pixabay.com

Ketiga, memperkuat kerangka manajemen krisis melalui penyelarasan indikator stabilitas sistem keuangan dan hasil surveilans Bank Indonesia dengan Protokol Manajemen  Krisis.

Keempat, mendukung upaya-upaya pendalaman pasar keuangan untuk memperkuat ketahanan pasar keuangan terhadap guncangan.

Kelima, memperluas koordinasi dan komunikasi dengan pemerintah, OJK dan LPS untuk mendukung bauran kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia.

Ada lima, beberapa di antaranya terdengar seperti bahasa makhluk asing, namun poin keempat sangat relevan dari hasil seminar yang saya ikuti. Reksadana, di situ pula ada pasar uang. Inilah jawabannya! Berinvestasi pada instrumen tersebut artinya membantu SSK itu sendiri: membuatnya tetap likuid.

"Memangnya itu saja cara menjaga SSK?"

Lagi-lagi otak saya mengajukan pertanyaan yang aneh tapi cukup menggelitik rasa ingin tahu. Saya mencoba mengingat apa yang selama ini sudah dilakukan dalam rangka menjaga SSK. Tapi itulah masalahnya, sebelum membaca lomba dari Kompasiana ini, saya tak peduli dengan sistem apa pun yang bersinggungan dengan kondisi negara.

Ah ... hmmm ... mungkin ini bisa. Saya itu suka barang gratis, dengan kata lain saya benci barang mahal. Kebanyakan barang buatan luar negeri (yang masuk dengan cara legal) kebanyakan harganya relatif tinggi. Oleh karenanya, saya memilih barang buatan dalam negeri saja, lebih bersaing, dan bagus-bagus pula.

"Bukankah dengan membeli produk dalam negeri juga otomatis menjaga SSK?" Saya bertanya balik kepada otak saya. Ia langsung diam. Kali ini saya menang.

Tapi otak saya tetap tak mau diam. Ia bertanya lagi, "Kalau hanya itu saja, semua orang bisa. Apa lagi yang bisa kau lakukan?"

Saya langsung teringat seorang teman yang tidurnya tidak tenang lantaran sering ditelepon oleh para penagih utang.

Utang itu hanya terdiri dari empat huruf, tapi akibatnya bisa luar biasa. Saya membayangkan seandainya banyak masyarakat memaksakan diri berutang kepada bank maupun lembaga keuangan non bank sebagai akibat gaya hidup hedonisme, yang berujung pada gagalnya pelunasan sehingga membuat banyak lembaga keuangan "terguncang". Hal seperti ini---jika terjadi---tentu akan menjadi satu faktor melemahnya SSK dalam skala besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun