Mohon tunggu...
Arkilaus Baho
Arkilaus Baho Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Duluan ada manusia daripada agama. Dalam kajian teori alam, bahwa alam semesta ini usianya 14.000 juta tahun, baru setelah 10.000 juta tahun kemudian terdapat kehidupan di bumi ini. Manusia jenis Homo Sapiens baru ada 2 juta tahun yang lalu, sedangkan keberadaan agama malah lebih muda dari kemunculan agama yaitu 5 ribu tahun lalu. B.J Habibi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Terlambat Sudah Kau Datang Padaku!

6 Maret 2015   01:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:06 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Takkan pernah ada kata terlambat dalam melakukan perubahan. Itulah pandangan yang sering dikampanyekan oleh para marketing perusahaan atau para orator sebuah suksesi. Ajang wirausaha sering kita dengar kata “tak ada kata terlambat” untuk sukses. Bagaimana dengan kata tersebut pada konteks dialog politik sebagai solusi Indonesia kepada Papua?

Awal Maret 2015, rezim Jokowi sebut dialog sebagai pedoman penyelesaian masalah Papua. Sebagaimana dilansir tabloidjubi dari antaranews, Kamis 3 Maret 2015. Seorang Staf Khusus Sekretaris Kabinet era Jokowi-JK berkuasa, Jaleswari Pramodhawardani mengatakan Presiden Joko Widodo akan mengedepankan dialog untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di Papua dan Papua Barat. “Maret ini Presiden akan melakukan kunjungan ke sana untuk menegaskan bahwa dialog adalah kunci untuk menyelesaikan masalah dan membangun Papua,” kata Jaleswari Pramodhawardani, di Jakarta.

Membaca berita pernyataan sang staf itu, dari hutan Papua sana, seorang bapak mengirim sms yang intinya sindiran “filsafat” kepada penulis, isinya; terlambat sudah kau datang padaku. “Kamorang (kamu) smua ada waktu putar tuh lagu yang judulnya “terlambat sudah kau datang padaku”. Begitu isi pesan sang bapa. Grub Musik Panbers memang trada niat nyanyi lagu tersebut untuk jadi sindiran disaat ini, tapi lebih pada kenangan cinta antara dua pasang yang sedang asmara.

Apa yang dikatakan staf khusus itu bukan hal baru, tapi sudah kusam di telinga orang Papua. Bukan lagi ide wow untuk urusan Papua agar selesai konfliknya. Dasar dialog tra perlu pake teori, tapi melalui indera pendegar dan mata untuk membaca keluh kesah orang Papua, tentu sudah tau apa masalah terkait Papua.

Sayangnya, dialog yang dicanangkan pemerintah Indonesia demi menyukseskan tol laut, kereta api, infrastruktur, sebatas itu. Artinya apa? Rezim ini ingin membuka jalan lebar bagi ektraktif kapitalisasi Papua, demi merampok, mengeruk dan membangun budaya baru yang bukan budaya asli setempat. Seperti budaya bikin kotor sungai, budaya bangun warung maupun mebel di jalan trotoar yang diperuntukkan bagi pejalan kaki serta budaya bangun rumah trada halaman rumah alias apartemen yang serba tembok.

Terlambat sudah kau datang padaku! Kalau tidak terlambat, kenapa pula menlu keliling pasifik disaat aplikasi Papua didaftarkan ke MSG? kalau trada lambat-lambatnya nih Indonesia mau atasi Papua melalui dialog, kenapa pada kunjunganya ke kawasan timur, pak presiden ingin bentuk kawasan Melanesian di Indonesia.

Disaat Papua gabung kedalam region Pasifik, seharusnya pemerintah Indonesia tra ikut campur, sebab jalan Papua disana sudah strategis, baik politik maupun ekonomi. Seharusnya Indonesia piker diri kapan bentuk regionalism sendiri daripada mengekor trus sama Amerika!

Orang Papua sudah memanfaatkan ruang globalisasi dengan cara melibatkan diri mereka kedalam organisasi regional yang mengedepan konsep keadilan ekonomi dan politik. Di kawasan ini, semua Negara sama-sama punya kedudukan yang sama dalam hubungan regionalitas mereka. Tra sama dengan forum regional lain yang menempatkan Amerika sebagai kepala disini. Itulah terlambat sudah kau (Indonesia) datang padaku dengan umbar janji dialog. Tetapi bagi pemerintah, tak ada yang terlambat demi menghalangi Papua terlibat penuh dengan saudaranya di pasifik karena misi Indonesia dari sononya tetap sama “gagalkan apapun misi Papua Merdeka” walaupun ada mukadimah NKRI sebut kemerdekaan ialah hak segala bangsa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun