Mohon tunggu...
Ariya Hadi Paula
Ariya Hadi Paula Mohon Tunggu... Penulis - Fiksionis, jurnalis independen dan kolomnis sosial humaniora

Ariya hadi paula Alumni IISIP Jakarta, pernah bekerja sebagai desainer grafis (artistik) di Tabloid Paron, Power, Gossip, majalah sportif dan PT Virgo Putra Film .Jurnalis Harian Dialog, Tabloid Jihad dan majalah Birokrasi. Menyukai pengamatan atas langit, bintang dan astronomi hingga pernah bergabung dengan Himpunan Astronom Amatir Jakarta (HAAJ) dan komunitas BETA UFO sebagai Skylover. Saat ini aktif sebagai pengurus Masyarakat Peduli Peradaban dan dakwah Al Madania Bogor.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Penangguhan Waktu

29 April 2022   17:44 Diperbarui: 6 September 2023   11:44 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Gumam takbir terucap pelan dari satu per satu  jama'ah di surau.

Padahal sang imam masih belum selesai zikir ba'da isya.

Ruang pun segera khusyu menggemuruhkan  kebesaran Illahi Rabbi.

Sendu mata berkaca  dari jama'ah yang tersisa.

Merapal sang imam memimpin takbir kemenangan.

Ruang pun syahdu dipenuhi gemuruh pujian penghambaan.

Namun,

yang ku dapati jauh dari kemenangan.

Sesal dan serapah mengutuki diri,

yang lalai dan terlena kepada obsesi duniawi.

Hampa dan nelangsa buah penyesalan diri,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun