Gumam takbir terucap pelan dari satu per satu  jama'ah di surau.
Padahal sang imam masih belum selesai zikir ba'da isya.
Ruang pun segera khusyu menggemuruhkan  kebesaran Illahi Rabbi.
Sendu mata berkaca  dari jama'ah yang tersisa.
Merapal sang imam memimpin takbir kemenangan.
Ruang pun syahdu dipenuhi gemuruh pujian penghambaan.
Namun,
yang ku dapati jauh dari kemenangan.
Sesal dan serapah mengutuki diri,
yang lalai dan terlena kepada obsesi duniawi.
Hampa dan nelangsa buah penyesalan diri,
yang kalah oleh kuasa materi fana.
Geram diriku atas segala urusan yang dibebankan.
Kekuasaan uang yang tiran dan kendali nafsu yang otoriter!
Muram ku sambut  hari kemenangan.
Adakah Penangguhan waktu untuk mengisi hari yang terlewati.
Adakah penangguhan waktu untuk membayar dosa yang menyelimuti.
Adakah penangguhan waktu untuk perbaiki hati yang erupsi.
Namun,
Mentari jingga telah berlalu dengan hilal yang membersitkan terbitnya bulan baru.
Merugi sudah membuang kesempatan menuai panen pahala.
Hanya berharap ada kesempat jumpai lagi Ramadhan.
Aamiin.
By Ariya Al Batawy
Lenteng Agung, 27 Ramadhan 1443 H
Menara Mualifa Jakarta
