Mohon tunggu...
Aristoteles
Aristoteles Mohon Tunggu... Penulis - Penulis amateur

Hidup terlalu singkat untuk melihat kehidupan orang lain, jalani aja menurut perspektif kita sendiri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Artikel Feminisme Cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi

22 Juli 2022   07:00 Diperbarui: 22 Juli 2022   07:13 938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PEMBAHASAN

            Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan, penelitian ini bertujuan untuk memaparkan dan mendeskripsikan kajian tentang feminism didalam cerpen yang berjudul Penguburan Kembali Sitaresmi Karya Triyanto Triwikromo. Cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi karya Triyanto Triwikromo, menceritakan sebuah kisah tentang pembantaian 24 wanita yang dianggap tentara gerwani. Pembantaian tersebut dilakukan oleh tentara-tentara bersenjata pemerintahan presiden Soeharto. Kisah tersebut diceritakan oleh tokoh Aku dalam cerpen tersebut kepada seseorang yang sulit mempercayai kisah tersebut. Tokoh Aku merupakan saksi mata dari kejadian pembantaian 24 wanita yang tangguh tersebut. Dalam cerita dikisahkan bahwa wanita-wanita itu dibawa ke hutan oleh tentara-tentara bersenjata menggunakan mobil Jeep. Ditengah hutan wanita-wanita itu kemudian dibantai dengan dipukuli dan ditembaki menggunakan senjata para tentara tersebut. Namun wanita-wanita tersebut ada yang mencoba melawan segala penindasan dan kekerasan yang mereka alami, namun mereka terlalu lemah dan tak berdaya dihadapan senjata-senjata para tentara. Namun terdapat satu sosok wanita yang diceritakan sebagai sosok yang tangguh yang terus melawan tentara-tentara tersebut. Tokoh itulah yang diperkenalkan sebagai Sitaresmi yang merupakan seorang dalang dan pemimpin diantara 23 wanita lainnya. Sitaresmi digambarkan sebagai sosok wanita yang kuat dan tangguh. Banyak tentara-tentara yang menyerangnya dengan memukul,menusuk, dan bahkan menembakinya. Namun hal itu sia-sia saja karena dalam cerpen ini diceritakan bahwa Sitaresmi tidak tergores sedikitpun dan tidak ada senjata yang mempen terhadap dirinya. Bahkan peluru-peluru tentara tidak dapat melukainya. Dengan berbagai usaha yang dilakukan para tentara untuk melukai Sitaresmi yang selalu gagal, akhirnya para tentara mengencingi senjata mereka dan kembali Sitaresmi. Hal tersebut mungkin saja berhasil membunuh Sitaresmi, namun tokoh Aku tidak menjelaskan secara detail tentang kematian Sitaresmi. Diakhir cerpen diceritakan bahwa akhirnya kuburan dari 24 wanita tangguh tersebut dibongkar oleh relawan-relawan dan akan dikuburkan kembali dengan perlakuan yang layak.

            Dalam penelitian cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi karya Triyanto Triwikromo tersebut, peneliti menemukan aspek-aspek tentang kajian feminisme yang ada pada cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi tersebut.Aspek-aspek yang ditemukan oleh peneliti yaitu persoalan tentang ketidakadilan gender yang terdapat pada cerpen tersebut. Ketidakadilan gender yang ditemukan yaitu subordinasi, stereotipe, dan kekerasan-kekerasan yang dialami tokoh wanita dalam cerpen tersebut. Selain itu, ditemukan juga perjuangan tokoh wanita dalam menghadapi penindasan yang mereka alami.

Ketidakadilan gender

            Dalam cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi karya Triyanto Triwikromo, banyak ditemukan bentuk-bentuk ketidakadilan gender yang digambarkan jelas oleh pengarang. Ketidak adilan gender tersebut muncul karena adanya superioritas dari tokoh-tokoh lelaki dalam cerpen tersebut yang bertindak semena-mena terhadap para tokoh wanita. Bentuk-bentuk ketidakadilan gender yang ditemukan antara lain yaitu subordinasi, stereotipe, dan kekerasan-kekerasan yang dialami oleh tokoh wanita dalam cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi.

  • Subordinasi bisa disebut juga dengan penomorduaan, merupakan sebuah anggapan maupun penilaian yang mendeskripsikan bahwa perempuan-perempuan di dunia memiliki kedudukan yanhg lebih rendah daripada laki-laki. Perempuan selama ini hanya dianggap sebagai pelayan laki-laki dalam hal pekerjaan rumah tangga ataupun pemuas nafsu bagi lelaki-lelaki di dunia.  Bentuk-bentuk subordinasi dapat kita temukan pada kutipan berikut ini.
  • "Para penembak memanggil tiga sinden dan memberi mereka belati. Tiga sinden tegang. Mungkin mereka gamang melukai perempuan kencana yang mereka kasihi."
  •  "Lakukan sekarang!" Teriak komandan regu tembak.
  • Dalam kutipan cerita tersebut diceritakan bahwa ketiga sinden dipanggil oleh tentara-tentara penembak dan diberikan belati. Mereka dipaksa membunuh Sitaresmi oleh para tentara-tentara tersebut. Dalam kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya subordinasi yaitu penanggapan wanita-wanita dalam cerpen tersebut dianggap sebagai pelayan bagi kaum laki-laki dan dianggap memiliki derajat yang lebih rendah dibandingkan kaum laki-laki. Mereka bahkan dipaksa oleh tentara-tentara untuk membunuh Sitaresmi yang merupakan seseorang yang mereka kasihi.
  • Stereotipe, stereotipe bisa diartikan sebagai pelabelan atau pendeskripsian yang negatif terhadap wanita.stereotipe selalu menganggap bahwa wanita adalah sumber dari segala kesalahan atau masalah yang terjadi. Bentuk ketidakadilan gender stereotipe yang terdapat pada cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi karya Triyanto Triwikromo dapat kita temukan pada kutipan berikut ini.
  • "Aku sekedar ingin mengatakan, hanya karena Sitaresmi dan 23 perempuan penabuh gamelan dan sinden selalu memainkan lakon Dewa Sampun Pejah, mereka dikejar-kejar serdadu. Mereka dianggap antek Gerwani. Mereka dianggap menghina Gusti Allah."
  • Dalam kutipan diatas, terjadi bentuk ketidakadilan gender yaitu stereotipe atau pemberian label negatif pada Sitaresmi dan 23 perempuan penabuh gendang dan sinden. Mereka dianggap sebagai antek-antek Gerwani yang merupakan istilah yang berkembang pada masa itu. Gerwani adalah salah satu kelompok penganut ideologi komunis yang melakukan pemberontakan dimasa itu. Pelabelan negatif wanita-wanita tersebut tidak memiliki dasar apapun dan mereka dianggap memberontak dan memusuhi negara sehingga sampai diburu untuk kemudian dibunuh. Selain itu, mereka juga dianggap telah menghina Gusti Allah. Tuduhan ini juga dituduhkan oleh serdadu-serdadu tersebut kepada Sitaresmi dan 23 wanita lainnya tanpa dasar yang jelas.Mereka dianggap telah menghina Tuhan mereka yang mungkin saja tidak pernah dilakukan oleh mereka.
  • "Jika salah satu dari kita tidak bisa membunuh Sitaresmi, bukan tidak mungkin para sinden, yang mungkin tahu rahasia sang majikan, justru bisa dengan mudah menghabisi dalang sialan itu."
  • Kutipan tersebut juga menunjukkan adanya stereotipe atau pelabelan yang negatif yang dialami oleh tokoh Sitaresmi. Sitaresmi dianggap sebagai dalang yang sialan. Kata sialan merupakan label yang negatif karena kata sialan biasanya dipakai untuk mendeskripsikan seseorang yang memiliki perilaku yang tak terpuji atau buruk. Tentunya pendeskripsian sialan kepada tokoh Sitaresmi juga merupakan hal yang salah dan tidak memiliki dasar apapun.
  • Kekerasan yang dialami oleh tokoh-tokoh wanita yang ada dalam cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi. Banyak bentuk-bentuk kekerasan yang dialami oleh tokoh-tokoh wanita dalam cerpen tersebut. Kekerasan-kekerasan tersebut awalnya disebabkan karena ketidakadilan gender yang membuat wanita-wanita terkekang dan teraniaya oleh sebuah dominasi dari kaum laki-laki. Kekerasan yang dialami tokoh-tokoh wanita dalam cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi dapat kita temukan pada kutipan-kutipan berikut ini.
  • "Kepala-kepala mereka, sebagaiman kepala kita, sanggup sangat ringkih. Taka da yang tidak pecah saat dihajar popor tentara. Tak ada yang utuh dan berceceran kecuali kepala Sitaresmi saat dihantam beberapa peluru senapan."
  • "Para penembak pun menusukkan bayonet ketubuh Sitaresmi. Tetapi hanya terdengar semacam benturan besi dengan besi."
  • "Para penembak menusukkan bayonet ke mata, tetapi hanya terlihat semacam perisai cahaya yang menghalangi siapapun menatap Sitaresmi menyanyikan tembang Maskumambang."
  • "Para penembak lebih cepat melesatkan peluru ke tubuh para sinden."
  • Dalam beberapa kutipan tersebut, dijelaskan bahwa terdapat bentuk ketidakadilan gender berupa kekerasan-kekerasan yang dilakukan oleh tentara-tentara bersenjata kepada Sitaresmi dan 23 wanita lainnya. Para tentara menyiksa mereka semua dengan memukuli mereka dengan popor senjata sampai kepala-kepala mereka pecah. Mereka juga menembaki para wanita sampai daging-daging dan darah mereka berceceran. Mereka juga mencoba menyiksa Sitaresmi dengan melakukan berbagai upaya dari mulai memukul, menusuk tubuh Sitaresmi, dan sampai menembak Sitaresmi. Akhirnya tentara-tentara tersebut berhasil membunuh Sitaresmi dan 23 wanita lainnya dan menguburkannya secara paksa. Segala bentuk kekerasan-kekerasan yang dilakukan oleh para tentara tersebut terjadi akibat ketidakadilan gender dan anggapan bahwa wanita-wanita tersebut merupakan pemberontak dan sumber masalah.

  • Bentuk-bentuk perjuangan wanita untuk melawan penindasan
  • Aspek-aspek feminisme yang ditemukan peneliti dalam cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi karya Triyanto Triwikromo lainnya yaitu bentuk-bentuk perjuangan dari tokoh wanita dalam cerpen tersebut dalam upaya mereka melawan segala bentuk kekerasan dan penindasan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh pria dalam cerpen tersebut. Bentuk-bentuk perjuangan wanita dalam cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi dapat kita temukan pada kutipan-kutipan berikut.
  • "Para penembak menusukkan bayonet ke tubuh Sitaresmi, tetapi hanya terdengar semacam benturan besi dengan besi."
  • "Para tentara menusukkan bayonet ke mata, tetapi hanya terlihat semacam perisai cahaya yang menghalangi siapapun memandang Sitaresmi yang menyanyikan tembang Maskumambang."
  • Dalam  kedua kutipan tersebut, diceritakan tentang perjuangan tokoh Sitaresmi melawan segala bentuk penindasan dan kekerasan yang dilakukan oleh para tentara. Sitaresmi terus berdiri meskipun ditusuk tubuhnya, ditusuk matanya dengan bayonet dan ditembaki oleh para tentara tersebut. Namun, hal tersebut sia-sia saja karena dalam cerpen ini dikisahkan bahwa tokoh Sitaresmi adalah perempuan yang kuat dan tangguh yang tidak mempan ditusuk dengan menggunakan bayonet. Hal tersebut dapat kita lihat juga dalam kutipan berikut ini.
  • "Segalanya bisa begitu gampang terjadi gara-gara tak satupun peluru serdadu bisa menembus tubuh Sitaresmi."
  • Kutipan cerpen tersebut menjelaskan bahwa tokoh Sitaresmi digambarkan sebagai sosok perempuan yang tangguh dalam cerpen tersebut. Tokoh Sitaresmi bahkan tidak mempan ditembaki oleh peluru-peluru para tentara tersebut. Pengarang ingin menunjukkan kepada kita bahwa tidak semua wanita di dunia itu lemah dan tidak berdaya di hadapan laki-laki. Seperti tokoh Sitaresmi yang sangat kuat dan tegar.
  • Bentuk-bentuk perjuangan lainnya yang dilakukan para wanita dalam cerpen tersebut juga dapat kita temukan pada kutipan cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi  berikut ini.
  • "Diluar dugaan, tiga sinden itu justru berbalik kearah penembak dan berupaya menusukkan belati ke dada para penembak"
  • Dalam kutipan tersebut, dijelaskan tentang upaya yang dilakukan oleh ketiga sinden untuk melawan para tentara. Hal tersebut dilakukan oleh ketiga sinden karena mereka sudah tidak tahan dengan perlakuan dan paksaan dari tentara-tentara tersebut. Perjuangan ketiga sinden itu akhirnya gagal dan mereka harus ditembak mati oleh tentara-tentara tersebut. Kutipan tersebut memperlihatkan kepada kita bahwa terdapat perjuangan dari tokoh-tokoh wanita dalam cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi dalam menghadapi segala bentuk penindasan dan kekerasan yang mereka alami dalam kisah tersebut.

SIMPULAN

            Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi karya Triyanto Triwikromo dengan menggunakan kajian atau pendekatan feminism, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Feminisme adalah paham yang mulai muncul karena kesadaran akibat ketidakadilan gender yang selalu menimpa perempuan-perempuan di dunia baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, atau negara, dan dalam bidang sosial, budaya, ekonomi, pendidikan, serta politik. Feminisme muncul dengan tujuan untuk memperjuangkan hak-hak asasi wanita di dunia agar bisa memiliki kesejajaran derajat dengan laki-laki di dunia. Aspek-aspek feminisme yang ditemukan oleh peneliti dalam penelitian tersebut antara lain yaitu. 1) Bentuk-bentuk ketidakadilan gender yang dialami oleh tokoh-tokoh wanita dalam cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi tersebut. Bentuk-bentuk ketidakadilan gender yang terdapat dalam cerpen tersebut antara lain. Subordinasi atau anggapan bahwa perempuan memiliki derajat yang lebih rendah daripada laki-laki. Dalam cerpen tersebut terdapat contoh subordinasi yaitu pemaksaan yang dilakukan oleh tokoh laki-laki kepada perempuan dalam cerpen tersebut. Bentuk ketidakadilan gender lainnya dalam cerpen tersebut yaitu stereotipe yaitu penganggapan wanita memiliki hal yang negatif. Dalam cerpen tersebut tokoh-tokoh wanita dilabeli negatif dengan dianggap sebagai antek-antek Gerwani dan menjadi musuh bagi negara. Selain itu, juga terdapat bentuk ketidakadilan gender berupa kekerasan dan penindasan yang terjadi dalam cerpen tersebut. Dalam cerpen tersebut terdapat banyak tindakan kekerasan mulai dari penyiksaan hingga pembunuhan dilakukan oleh tentara-tentara dalam cerpen terhadap Sitaresmi dan 23 wanita lainnya. 2) Bentuk-bentuk perjuangan tokoh wanita dalam menghadapi penindasan. Dalam cerpen tersebut juga banyak dikisahkan perjuangan dari Sitaresmi dan 23 wanita lainnya dalam menghadapi penindasan dan kekerasan yang dialami oleh mereka. Mereka melakukan berbagai upaya untuk melawan penindasan yang mereka alami meskipun akhirnya sia-sia dan mereka semua terbunuh dan dikubur secara paksa. Itulah beberapa kesimpulan yang ada dalam penelitian ini, diharapkan penelitian ini bisa menjadi bahan rujukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya dan diharapkan penelitian ini juga dapat menambah wawasan dan menjadi pembelajaran bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

AR, Syamsudin. 2006. Metode Penelitiam Bahasa. Bandung PT. Remaja Rosdakarya.

Fakih, Mansour. 2010. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fitriawati, Eka, Christiyanto Syam, Agus Wartiningsih.2014. Kajian Feminisme Dalam Antologi Cerpen Kami (Tak Butuh) Kartini Indonesia Karya Novela Nian, Dkk.. Jurnal Pendidikan Dan pembelajaran Khatulistiwa. 3 (2).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun