Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ramadhan dan Feminisme

26 Maret 2024   04:34 Diperbarui: 26 Maret 2024   04:41 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasar Ramadhan (Sumber : pribadi, diolah dari ragam sumber) 

Sekedar mengamati. Kelakuan kaum muslimin di Pasar Ramadhan. Sekedar mengamati hal itu semata. Tidak lebih dan tak bukan. Bahkan, dapat dikatakan pula sekedar kasus dalam konteks praktek ekonomi di Pasar Ramadhan di sekitar kampung saja. Bukan di tempat lain. Artinya, bisa jadi, kasus per kasus akan berbeda, dan situasinya berbeda pula. Andaipun ada kesamaan, hal itu mungkin sekedar kebetulan, atau sekedar generalisasi saja. Inilah disclaimer tulisan ini.

Betul. Sekali lagi, saat kita berkunjung ke Pasar Ramadhan, kita akan menemukan situasi yang unik. Unik dalam pengertian, para pelaku ekonomi dan pencari kebutuhan harian terkait kegiatan Ramadhan, menunjukkan gejala sosial yang khas, dan perlu dicermati dengan seksama.

Pertama, pasar Ramadhan, didominasi oleh jenis kuliner khususnya kudapan santap saji Ramadhan. Kue kering, kue basah, atau makanan dan minuman nuansa manis, sangat mendominasi.  Aspek yang menjadi sorotannya kita hari ini, para pelakunya adalah kadang mahasiswa, dengan kelompok mahasiswa putri lebih dominan dibanding mahasiswa putra, kemudian kaum ibu-ibu jauh lebih banyak dibanding dengan bapak-bapak.

Kedua, konsumen yang hadir di pasar Ramadhan, cenderung didominasi oleh kaum perempuan. Sekedar contoh, penulis coba klik gambar pemburu takjil di Google.com, dalam halaman hasil penelusuran tampil banyak gambar.  Kenampakkannya sangat jelas, kaum perempuan jauh lebih banyak dibanding dengan kaum lelaki.

Pasar Ramadhan (Sumber : Pribadi, bing.com) 
Pasar Ramadhan (Sumber : Pribadi, bing.com) 

Di sini kita melihat dua kelompok utama yang mengisi pasar Ramadhan. Satu kelompok dapat disebut para pejuang takjil, yaitu para pedagang kudapan Ramadhan, dan kelompok lainnya adalah para pemburu takjil yakni konsumen Ramadhan. Memang ada juga yang terlibat dalam "wisata pasar Ramadhan". Anakku, misalnya, tidak selamanya mau jajan. Anakku yang masih bocil itu, lebih senang melihat ramainya orang di pasar Ramadhan, daripada jajannya. Ya, lumayan, itung-itung ngabuburit jelang buka puasa. Uniknya, baik Pejuang takjil Ramadhan atau pemburu takjil Ramadhan, cenderung adalah kaum perempuan.

Ketiga, kita coba tengok ke dapur masing-masing, khususnya saat persiapan sahur dan persiapan buka bersama di rumah. Bila diajukan pertanyaan, siapa yang paling dominan melakukan aktivitas kedua kegiatan tersebut ? Apakah anak-anak membantu kegiatan persiapan Ramadhan tersebut ? bisa ya, bisa juga tidak. Kalau, mereka ada dalam usia remaja, ada juga yang membantu orangtua, tetapi ada juga yang mencebur diri dalam kegiatan keagamaan di sekolah atau di masjid. Sehingga praktis, kegiatan persiapan Ramadhan, baik untuk sahur maupun buka puasa, cenderung mengandalkan orang yang ada di rumah. Faktualnya juga, hal itu cenderung mengandalkan peran dari ibu atau kaum perempuan.

Merujuk pada fenomena tersebut muncullah pertanyaan, mengapa kaum perempuan cenderung lebih dominan dalam aspek kegiatan persiapan buka dan sahur Ramadhan ?

Kaum lelaki mungkin saja mengajukan protes keras terhadap penyataan ini. Karena, para pejuang pembangun sahur Ramadhan, baik yang melalui pengeras suara di masjid, atau group musik-keliling yang khas di musim Ramadhan mereka itu adalah kaum lelaki.  Group Musik Ramadhan, atau di Kawasan Pantura Jawa Barat, disebutnya obrog-obrog, para penggiatnya adalah kaum lelaki baik anak-anak maupun remaja dan dewasa. Andaipun ada perempuan, jumlahnya sangat terbatas. Umumnya penggiat musik obrog-obrog adalah kaum lelaki dengan usia anak-anak sampai dewasa.

Kembali lagi pada pertanyaan tadi, mengapa kaum perempuan cenderung lebih dominan dalam aspek kegiatan persiapan buka dan sahur Ramadhan ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun