Mohon tunggu...
Aristha J. Kusuma
Aristha J. Kusuma Mohon Tunggu... Professional Trainer dan Penulis -

Perkenalkan saya Aristha J. Kusuma. Latar belakang pendidikan saya adalah Psikologi. Saya menggeluti dunia Training dan Consulting. Sejak tahun 2015 saya berkarir sebagai Professional Trainer yang membantu meningkatkan kualitas maupun produktifitas karyawan atau sdm personal maupun dalam perusahaan. Saya juga menulis beberapa buku. Ingin mengenal saya lebih lanjut. Silakan berkunjung ke https://www.linkedin.com/in/aristhajkusuma/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Solusi untuk Dunia Pendidikan Indonesia

22 Mei 2017   12:16 Diperbarui: 22 Mei 2017   13:49 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi Pelajar++ Adalah buku ke-4 saya yang sebenarnya adalah pelengkap buku pertama saya berjudul “Cara Dahsyat Mengoptimalkan Potensi Diri”. Saya menyadari di buku pertama masih banyak kekurangan dari segi materi hingga penulisan. Melalui diskusi dari beberapa guru dan dosen saya di kampus akhirnya saya memberanikan diri mengeluarkan judul terbaru. Bukan memperbaiki dan merevisi buku yang lama.

Pertanyaan terbesar dan mungkin ini adalah pertanyaan temen-temen juga. Mengapa sih judulnya harus Menjadi Pelajar++? Nggak ada judul lain yang lebih keren lagi apa ya? Karena dengernya agak gimana gitu ha ha.

Masalah judul nanti saya jelaskan di akhir. Di awal saya akan sharing alasan saya atau latar belakang saya mengapa sih menulis ini. Apa pentingnya? Kemudian apa yang saya harapkan dengan menulis ini?
Inspirasi menulis ini sebenarnya datang saat saya diberi tahu Rektor di kampus saya Gunadarma Prof. Dr E.S Margianti, bahwa tingkat pengangguran di Indonesia saat ini meningkat tajam. Dan ternyata, penyumbang angka pengangguran tertinggi salah satunya dari lulusan perguruan tinggi. Pada bulan Februari tahun 2014 pengangguran terbuka lulusan sarjana / universitas mencapai 398.298 kemudian di tahun 2015 mengalami peningkatan yang signifikan menjadi 565.402. Alih-alih menurun di tahun berikutnya, ternyata meningkat kembali di tahun 2016 menjadi 695.304. Anda bisa mencari data ini di Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), atau Badan Pusat Statistika Nasional (BPS). Wow! Sangat menarik bukan!

Saya menjadi penasaran saat melihat fakta ini, kemudian iseng-iseng saya mencari tahu kira-kira apa sih yang menyebab para Fresh Graduates ini tidak bisa bersaing di dunia kerja? Sistem pendidikannya kah? Atau apa? Kemudian dalam pencarian, tidak sengaja saya menemukan buku karangan Prof. Rhenald Kasali berjudul “Self Driving”. Di dalamnya di bahas pula tentang hal ini. Ternyata, salah satu faktor yang menyebabkannya adalah minimnya kemampuan atau soft skill yang dimiliki para pelajar atau mahasiswa/I dan para Fresh Graduates yang dapat menjadikan add value mereka sehingga dilirik oleh perusahaan!

Mengapa ini bisa terjadi? Menurut Prof. Rhenald Kasali, minimnya kesadaran para murid, mahasiswa, dan orang tua akan pentingnya kemampuan atau soft skill yang dimiliki. Mereka hanya berfokus kepada nilai satau IPK semata.
Pembahasan ini pun dikuatkan oleh penelitian yang dilakukan oleh National Association of Collages and Employers di amerika. Pada tahun 2002 mereka melakukan penelitian terhadap 457 pemimpin perusahaan. Hanya untuk mengetahui, kriteria apa sih yang perusahaan cari untuk calon pekerjanya nanti? Hasilnya pun mengagetkan! Ternyata bukan melihat dari IPK saja! INGAT! Bukan berarti IPK tidak menjadi begitu penting sehingga temen-temen membiarkan nilai anak atau saudara Anda jelek. Bukan seperti itu yang dimaksud!

Lalu, apa yang mereka cari? Ternyata pengaruh yang paling besar selain nilai dan lembar ijazah adalah kemampuan komunikasi, kerjasama dalam team, pemecahan masalah, dan kepemimpinan!

Pertanyaan saya adalah, mengingat pentingnya soft skill ini apakah setiap sekolah atau universitas mengajarkan hal di atas? Bagus bila sudah, bagaimana bila belum? Era perubahan teknologi seperti sekarang ini terjadi begitu cepat. Bila kita tidak mempersiapkan diri dan pandai menyiasatinya maka kita akan ketinggalan bersama kerumunan lainnya.
Nah, sengaja saya memberi judul MENJADI PELAJAR++ agar para pelajar, mahasiswa jangan hanya mau menjadi pelajar dan mahasiswa biasa. Di saat Anda biasa-biasa saja, jutaan orang di luar sana sudah bersiap untuk menjadi orang yang luar biasa. Kita harus lebih unggul dan maju serta ++. Mengingat persaingan sekarang sangat amat ketat. Saya mengajak para pembaca buku saya agar sadar dengan berlian nun indah yang ada di dalam dirinya. Ia dinamakan POTENSI DIRI. Setiap orang memiliki potensi dan kecerdasannya masing-masing. Tinggal bagaimana ia menemukan atau bila tidak ketemu maka menciptakannya dengan sumber daya yang ia miliki.

Menjadi Pelajar++ adalah sebuah metafora. Bisa jadi artinya bagaimana menjadi pelajar yang menghebatkan diri atau bagaimana menjadi pelajar unggul dan berprestasi. Melaui ilmu NLP yang saya pelajari agar tidak sia-sia, saya mencoba merangkumnya dengan bahasa gaul dan sederhana untuk anak muda banget. Karena saya tahu minat baca anak muda Indonesia sangat rendah, apalagi minat menulis. Maka dari itu, sengaja di dalamnya dibuat seru, haru dan terkadang lucu. Banyak syair dan puisi di dalamnya agar tidak membuat pembaca jenuh namun tetap memperhatikan mutu.

Selain itu, tujuan saya menulis ini adalah agar para pelajar, mahasiswa dapat menemukan cara belajar yang tepat untuk dirinya. Sehingga di dalamnya pun dibahas tentang gaya belajar dan modalias belajar. Di dalamnya juga dibahas mengenai manajemen waktu, solusi bagi mereka yang seolah-olah terlihat sangat sibuk. Tapi, apakah sibuknya produktif? He he.

Untuk guru dan orang tua saya berharap agar mereka pun sadar bahwa setiap anak memiliki kecerdasan potensi masing-masing. Kita tidak perlu memaksakannya ia mau menjadi apa atau mau seperti apa. Biarkan anak tumbuh dengan alami sendiri. Tugas orang tua dan guru hanyalah mengarahkan dan memberikan contoh, masukkan yang baik. Karena kita bisa gila bila ingin memaksa ikan untuk terbang. Sedangkan ia sendiri pandai berenang. Dan bisa stress memaksa ular untuk memenangkan lomba lari dengan macan, bukan?

Pesan terakhir dari saya adalah, “Nasib suatu bangsa di tentukan oleh kualitas generasi muda bangsa tersebut. Mari kita sama-sama menyiapkan generasi muda saat ini untuk menuju Indonesia emas tahun 2045 nanti!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun