Mohon tunggu...
Aris Armunanto
Aris Armunanto Mohon Tunggu... Penghobi jalan pagi.

Hati yang gembira adalah obat yang manjur,...(Amsal 17:22).

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dari Espresso ke Kapal Api. Menyimpan Secangkir Kenangan Manis dan Pahit

11 Oktober 2025   13:03 Diperbarui: 12 Oktober 2025   10:28 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebagian koleksi bungkus kopi anak lelski saya (dokpri)

Dimasa kuliah di Semarang, saya cenderung menyukai kopi yang dominan rasa pahit. Saya hanya menambahkan sepucuk sendok teh gula pasir. Tak sedikit teman yang komplain ketika menyeruput kopi saya. Mereka lebih menyukai yang manis.

Seorang teman satu kos asal Jember, Jawa Timur. Ketika kembali dari mudik, dia beberapa kali membawa kopi jahe racikan ibunya. Saya suka sekali.

Racikan kopi jahe yang disangrai memiliki rasa yang unik. Rasa kopi yang pahit menyatu dengan sensasi hangat serta aroma khas jahe. Sungguh nikmat.

Mantan pacar yang sekarang menjadi ibu bagi kedua anak laki-laki saya pun turut menorehkan kenangan tentang kopi. Keluarganya memproduksi kopi sendiri. Untuk dijual dan sebagian untuk kebutuhan sendiri. Buah kopinya hasil petik sendiri di kebun belakang yang luas warisan leluhur.

Ketika itu, saya pernah melihat "calon ibu mertua" menyangrai kopi secara tradisional. Metode ini tentunya membutuhkan keahlian khusus karena sulit mengontrol suhu secara presisi. 

Wajan dari tanah liat dipanaskan dengan api yang berasal dari kayu bakar. Ini akan menghasilkan panas secara alami. Biji-biji kopi robusta terus diaduk, sambil memantau perubahan warna dan aromanya sampai pada tingkat kematangan yang diinginkan.

Sungguh nikmatnya berbeda. Kopi hasil petik kebun sendiri yang disuguhkan dengan cinta. Setiap sesapannya terasa spesial. Bikin ketagihan.

Terlebih lagi bisa melihat langsung tanaman kopi di kebun yang luas. Ikut memetik kopi ceri yang merah matang. Buah kopi yang muda berwarna hijau, tunggu waktunya untuk berubah warna. Di pohon yang lain, indra penciuman ini bisa mencium aroma wangi bunga kopi putih mekar.

Cerita tentang kopi pun berlanjut ketika saya berkesempatan tinggal di negeri Kangaroo selama dua tahun. Dari tahun 1996 - 1998. Tak terasa saya sudah tidak muda lagi ya?

Sambil menyeruput kopi hangat yang terasa pahit dan manis, saya berusaha mengingat kenangan puluhan tahun silam itu. Minum teh maupun kopi ditambah susu, terkadang krimer, merupakan ritual rutin ketika mengikuti tradisi Morning Tea bersama teman Australia.

Kota Hobart, Tasmania, turut mewarnai wawasan saya tentang kopi. Minuman yang disukai banyak orang. Bisa disajikan panas maupun dingin. Namun, kisah yang satu ini berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun