Dari kejauhan kami bisa melihat asap cukup tebal membumbung ke langit dan mendengar suara mesin yang berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Teknologi ini merubah panas bumi menjadi listrik. Lokasinya masih berada di Desa Sikunang.
Kemudian setelah pertigaan kecil, kami ke arah kiri menaiki jalan tanah setapak yang berundak. Kerap kali kami berhenti jika ada pendaki di depan yang berhenti. Saya hanya berucap dalam hati, ternyata di gunung pun bisa terjadi kemacetan seperti di jalan raya.
Pukul 3:22 , kami sampai di Pos 1. Perjalanan dari basecamp kesini sekitar 29 menit. Kami pun langsung melanjutkan perjalanan ke Pos 2.
Setelah berjalan sekitar 30 menit dari Pos 1, akhirnya kami tiba di Pos 2. Dari basecamp sampai Pos 2 butuh waktu 59 menit. Lebih cepat dari waktu yang kami perkirakan.Â
Di Pos 2 kami istirahat sebentar di sebuah shelter. Duduk sambil melemaskan otot-otot kaki kami sebelum melanjutkan pendakian lagi.
Dari Pos 2 menuju ke Pos 3, kami baru merasakan tantangan pendakian yang sesungguhnya. Trek yang kami lalui cukup terjal, untungnya tak terlalu panjang.
Pukul 4:26 kami sampai di Pos 3, setelah berjalan selama 34 menit dari Pos 2. Dari Pos 3 pun trek tanah masih menanjak. Kami jalan di punggungan gunung sampai ke puncak pertama, yaitu Puncak Tugel yang berada di ketinggian 2.332 Mdpl.
Dari Puncak Tugel ke Puncak Nemu-Nemu 2.348 Mdpl, jaraknya sangat dekat. Hanya sekitar 6 menit. Saat ini sudah hampir pukul 5:00. Kami sudah tidak membutuhkan senter dan headlamp lagi.Â
Saya sungguh terpesona dengan keindahan sunrise dari puncak Gunung Bismo. Pengalaman indah yang menjadi candu bagiku. Mentari pagi yang muncul menyinari langit dan puncak-puncak gunung, menciptakan pemandangan unik dan spektakuler.
Dari sini saya bisa melihat kecantikan beberapa gunung lainnya, diantaranya Gunung Sindoro, Sumbing, Kembang, Prau dan Bukit Sikunir. Sedangkan Gunung Slamet, Merbabu dan Merapi juga terlihat walaupun kecil.