Mohon tunggu...
Aris Balu
Aris Balu Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis seputar fiksi dan fantasi || Bajawa, Nusa Tenggara Timur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Fantasi: Anjing Liar Part 2

5 Juni 2022   07:30 Diperbarui: 5 Juni 2022   07:40 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Paduka raja dibunuh? Kapan hal ini terjadi?" tanya Ouhm sembari menatapnya tajam.

"Sekitar tiga bulan lalu, laskar Ghanita yang dipimpin oleh sepupu paduka, Dotha Ghanita melakukan serangan ke Shipandi. Dotha mengepung wilayah itu dengan 18 ribu pasukan. Dua minggu kemudian ia memerintahkan kelompok pembunuh Viranthadi yang terkenal itu untuk menyusup ke dalam istana dan berhasil menghabisi paduka raja, permaisuri serta kedua putranya. Tidak ada kabar mengenai putri bungsu raja. Ia menghilang entah kemana." Haka mengangkat gelas dan menyeruputnya sekali lagi. Kepalanya merunduk sedih.

"Viranthadi hanyalah legenda, mereka tidak benar-benar ada." Ujar ouhm sambil menorehkan kata terakhir pada syairnya. Dhota? bocah itu berhasil merebut tahta dari Walishiga? sungguh menggelikan. Siapa yang ingin di pimpin oleh orang seperti dia?

Meskipun Ouhm ingin menyangkalnya, berita tersebut tidaklah mustahil. Sudah 12 tahun Ouhm tidak berada di ibu kota. Ia tidak mengerti perubahan politik seperti apa yang sudah terjadi selama ia menghilang.

Lagipula ia belum tahu bagaimana berita ini akan mempengaruhi hidupnya. Ia telah menepati janji pada Walishiga. Bukan tugasnya untuk memikirkan apa yang terjadi jika sang raja tidak dapat mempertahankan kekuasaanya.

"Akupun sebenarnnya tidak percaya, tuan. Namun banyak saksi mata yang melihat sekelompok orang yang meloncat dari istana membawa senjata yang menyala-nyala seperti bara api. Mereka menghabisi banyak sekali pengawal kerajaan dan dua hari setelahnya, jendral Shaid memindahkan pusat kerajaan ke kediamannya. Perang terus membara di ibukota hingga akhirnya jendral Shaid ikut dihabisi."

Shaid telah mati? Ini sulit dipercaya. Diantara prajurit yang ia anggap teman, Shaid adalah orang yang paling diakui oleh Ouhm karena kemampuan bertarung yang mampu menandingi pengguna Virant sekalipun. Selain itu, strategi Shaid lah yang membuat mereka memenangkan perang besar 12 tahun lalu. Tidak mungkin ia mati semudah itu.

Jika berita pengembara ini benar, siapapun kelompok yang menghabisi paduka raja sudah pasti bukan Viranthadi. Hanya pembunuh amatir yang membiarkan orang lain terang-terangan melihat karya mereka. Paling-paling peniru yang memanfaatkan legenda dari nama tersebut. Ia yakin akan hal itu, sebab ini bukan pertama kalinya kelompok lain menggunakan nama Viranthadi dan membuat senjata Virant palsu. Selain itu, guru sudah mati. Tidak ada orang lain yang mengetahui metode untuk membuat pasukan Virant selain dirinya.

"Ah, maafkan aku, tuan. Aku seharusnya tidak merusak suasana dengan berita buruk. Ibukota sangatlah jauh, hal itu tentu tidak akan mempengaruhi kehidupan di desa terpencil seperti ini. Tempat ini sungguh nyaman, matahari bersinar cerah dan udaranya sangat sempurna untuk tidur siang. Mungkin sudah seharusnya aku berhenti mengembara dan tinggal ditempat seperti ini, bukankah begitu?"

"Kau masih sangat muda, nikmatilah selagi kau bisa. Tempat ini akan selalu ada, sementara waktu yang hilang takkan pernah bisa kau genggam kembali, Haka." Ouhm meletakan kertas dan arang yang dipegangnya disamping teko, lalu mengisi kembali gelasnya yang telah kosong.

"Sungguh kata-kata bijak seorang penyair."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun