Mohon tunggu...
Arip Senjaya
Arip Senjaya Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, pengarang, peneliti

Pengarang buku, esai, dan karya sastra

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengapa Filsafat Tidak Membunuh Diri?

3 Juni 2022   07:51 Diperbarui: 3 Juni 2022   08:02 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Filsafat tidak mencari kebenaran, tapi mungkin pertanyaan-pertanyaan terbaik tentang kebenaran. Jadi, jawaban-jawaban para filosof adalah sebuah tantangan terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut. 

Filsafat kemudian akan mengganti atau merevisi pertanyaan-pertanyaan tersebut untuk menantang ulang para filosof yang sama atau para filosof yang lainnya, baik di zaman yang sama dengan kemunculan pertanyaan tersebut atau di zaman yang berbeda lagi.

Munculnya sebuah mazhab menandakan pernah ada pertanyaan yang harus dijawab secara keroyokan. Munculnya para filosof yang soliter menandakan ada jawaban-jawaban lain untuk pertanyaan yang sama atau pertanyaan tambahan yang tidak dilirik oleh sebuah madzab di zaman para soliter hidup.

Setiap jawaban dari para soliter atau dari sebuah madzhab pada gilirannya akan diragukan oleh para soliter lain atau madzhab yang lain. Tidak jarang jawaban dari seorang filosof diragukan oleh filosof yang itu pula. Dengan demikian, pokoknya filsafat adalah keraguan-keraguannya yang tidak pernah habis. Tidak ada pertanyaan filsafat terbaik dan tidak ada jawaban filosof terbaik.

Kalau kamu belajar ilmu biasa seperti biologi kamu akan mendapatkan jawaban teori genetik untuk menjawab pertanyaan seputar keturunan. Kalau kamu bertanya mengapa bulan tidak jatuh ke bumi dan bumi tidak jatuh ke matahari kamu akan mendapatkan jawaban teori gravitasi dari fisika. Mengapa kita menyebut "rumah" dan yang lain menyebut "house" kita akan mendapatkan jawaban teori mana-suka (arbitrer) dari linguistik.

Jasa terbesar Ren Descartes adalah merumuskan fenomena keraguan ini dengan baik, bahwa satu-satunya yang tidak dapat meragukan kita adalah bahwa kita dapat meragukan semuanya. Namun siapakah yang dapat meragukan semuanya kalau bukan para filosof itu sendiri? 

Mereka yang belajar ilmu biasa dan tidak pernah ragu dengan jawaban dari ilmu mereka sendiri pada dasarnya sama dengan ketidakraguan para alim dalam agama-agama, segala sudah dijawab oleh orang-orang saleh dan kitab-kitab suci mereka. Ilmuwan dan agamawan dalam hal ini sama, bersandar pada otoritas kebenaran. 

Untuk mencapai derajat ilmiah, ilmuwan harus bekerja dalam kerangka yang mereka sepakati, dan untuk mencapai derajat tertentu keimanan seorang beragama harus beribadah sesuai aturan yang disepakati komunitas agamanya sendiri. Untuk dimuat di sebuah jurnal ilmiah, haruslah ilmuwan itu taat pada aturannya, gaya selingkungnya, dan untuk disebut ustadz, kiyai, pendeta, romo, dan masih banyak sebutan lain, seorang beragama harus bergaya dan bersikap seperti ustadz-kiyai-pendeta-romo yang ada.

Memang kekecualian dari kalangan ilmuwan dan agamawan juga sering ada, meskipun jarang, dan mereka termasuk para filosof. Ada orang-orang yang dengan sengaja menuliskan pemikiran-pemikiran kefilsafatan dan disebut filosof, ada orang-orang yang tindak-tanduknya---menentang komunitas ilmiah atau ajaran agama kelompoknya---tapi tidak menuliskan pemikirannya itu, tetapi bersikap seperti filosof. Sokrates sendiri tidak menuliskan pemikirannya, dan ia bersikap secara filosofis.

Filsafat pada mulanya meragakukan segala sesuatu dan akan terus begitu, dituliskan atau tidak, sehingga inti filsafat adalah pertanyaan demi pertanyaan yang meragukan, dijawab atau tidak.

 Pertanyaan-pertanyaan filosofis mungkin lebih penting ketimbang jawaban-jawabannya. Pertanyaan-pertanyaan bermutu menentukan kehidupan yang bermutu pula karena inti hidup adalah menolak keraguan terhadapnya. Itu sebabnya kita tetap menjalani hidup tanpa menistakannya, apalagi meninggalkannya dengan cara membunuh diri. []

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun