Mohon tunggu...
Ario Rafni Kusairi
Ario Rafni Kusairi Mohon Tunggu... Supir - Manusia

Kaum Rebahan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sunyi dalam Ramai

25 Maret 2024   17:36 Diperbarui: 25 Maret 2024   17:48 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

14.30, Avanza merah metalik merayap pelan menembus padatnya jalan undang windu, Kaliwates Jember. Serba-serbi bulan ramadhan membuat jalanan ini semakin padat dari biasanya, sejak menjelang sore hilir mudik kendaraan menghiasi jalanan yang biasanya hanya ramai pada menjelang petang hingga jam 10 malam.

"Hanya orang gila berangkat jam 12 siang dari Bondowoso cuma buat buka puasa di Jember."

"Ya kalo Kamu berangkat setelah ashar, bisa-bisa buka puasanya di Patrang, haha." Timpal Chika pada Raki yang menggerutu. Raki yang fokus mengendalikan mobil hanya membalas dengan dengusan.

"Kamu sakit ta?"

"Enggak, kenapa emang?"

"Itu tanganmu gemeter, jaketan lagi." Jawab Chika dengan pandangan menyelidiki.

"Haha, enggak lah. Aku gemeter kedinginan. Mau mattin ac, nanti kepanasan, mending dingin ga si?"

"Iya juga, haha."

Tiba di Perempatan Mangli, Raki mengarahkan mobil lurus ke utara. Ia berniat memilih melintasi Ajung untuk menuju ke Tegal Besar dan melewati beberapa jalan tikus untuk menuju ke Jalan Tidar di Sumbersari, lokasi tempat makan yang disetujuinya bersama teman-teman.

"Yang lain kok ga diajak naik mobil?" tanya Chika saat mobil telah menyusuri Ajung, tepat di jalur bus dan truck.

"Ana sama suaminya, Faris sama Isterinya, Zaka sama pacarnya. Yang jomblo kan kita berdua, yaudah Aku mau berbagi kenyaman ke sesama jomblo aja, haha."

"Hahaha, bajingan."

Jalur yang dilewati Raki dan Chika adalah jalur bertipe cepat dan lengang, membuat Raki bermanuver dengan lincah hingga cukup memangkas waktu. Jika dibandingkan dengan dengan menyusuri Kota atau Gebang, jalur ini relatif lebih cepat.

***

Semuanya tiba sekitar 30 menit sebelum adzan maghrib, waktu luang yang cukup untuk melepas penat dan bersenda gurau dengan tawa lepas tanpa beban. Keakraban membuat semuanya saling bergurau, tanpa dibebani rasa takut akan salah ucap, dengan tetap menjaga etika. Ditambah suasana dan lay-out tempat makan yang bernuansa klasik dan berada di pinggir sawah menambah kenyamanan di antara mereka.

"Eh, Raki. Kenapa cuma Chika yang diajak naik mobil, Kami kok ga diajak?" tanya Faris, sebenernya bukan tanya, tapi lebih untuk menyindir.

"Kalian semua kan sama pasangan masing-masing, Aku ga mau ganggu ajang mesra-mesraan." Jawab Raki dengan pandangan sinis.

"Halah, bilang aja mau pacaran sama Chika." Timpal Zaka yang disambut dengan tawa semuanya.

"Sebenernya tadi mau ngajak bareng, tapi takut ga ada yang mau." Jawab Raki dengan salting.

"Kamu ga nanya, kalo nanyak kan ikut mobil semua." Timpal Faiq, suami dari Ana.

"Yaudah motor kalian tinggal sini, biar kuantar pake mobil."

"Sialan, ga gitu juga." Balas Faris yang diikuti tawa yang lain.

Tawa mereka mereda saat pramusaji menghidangkan pesanan. Makanan yang dipesan sangat sederhana, yakni lalapan ayam, dan ada yang memesan lalapan lele dengan es teh atau es jeruk sebagai minumannya. Tapi makanan bukanlah tujuan utama, melainkan kehangatan reuni.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, gema adzan maghrib berkumandang, semuanya melepas dahaga dengan nikmatnya minuman dingin yang dipesan. Hening dan tenang, adalah suasana dari santap hidangan buka puasa.

Satu per satu dari circle ini yang menghabiskan hidangannya, piring disusun dengan rapi di tengah meja, hingga semuanya telah selesai dengan menu yang dipesan.

"Kalian mau tarawih?" tanya Raki.

"Santai wes, Aku bisa tarawih sama Mas." Jawab Ana sembari mengibaskan tangan kanannya.

"Iya Aku juga, kalo Mas ga capek, hehe." Jawab Fafa, isteri Faris.

"Kalo Kamu Zak?" tanya Chika.

"Eh, Aku...."

"Ya ga kira tarawih lah...." Faris menyambar jawaban Zaka yang canggung. Tawa mereka pecah kembali.

Lama semuanya berbincang dan bergurau, dan saling berpamitan tepat pada jam 19.45. Satu per satu bersalaman sebagai tanda perpisahan, kecuali yang berpasangan. Satu per satu bertolak pulang, begitu dengan Raki yang masih harus mengantar Chika pulang.

"Kamu udah berapa kali bukber?"

"Sekali ini, Kamu?"

"Sama," jawab Raki yang mengendarai mobil dengan santai, "Sebenernya beberapa kali diajak, tapi Aku tolak semua. Kamu mau tahu alasannya?"

"Eh, enggak mau tahu sih." Jawab Chika diiringi tawa, "Tapi kalo mau ngasih tahu ya Aku dengerin."

"Sialan, haha. Aku menolak, karena males dengan sunyi dalam ramai."

"Hmmm, bener, Aku ngerasain juga. Kecuali hari ini, pecah banget. Meski capek, kita dapat dopamin, capek tapi seneng."

"Yes, thats right."

~the end~

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun