Angin dini hari menderu bising
Getar dedaunan merayu eloknya
Dalam alunan nada nan bersua
Mengupaya segenap perihal tak biasa
Oleh angan dan harap ku yang lalu
Ruangan empat kali empat meter ini
Dindingnya entah mendingin sendu
Tak ada gagasan seribu rupa
Namun diriku terngiang laksana abu
Pasalan aku sungguh merindu
Oh ibu
Catatan sepanjang dua puluh tahun
Yang menjadi awal kisah diriku ini
Unjuk hangatnya jiwa terkasihmu
Pada segumpal untaian janin kecil
Terbalut serampah nyawa nan jaga
Duhai ibu
Tidak ada rasa lebih dari yang ku kira
Tatkala aku memang menjadi takdir tuk dilahirkan
Suara tangisan dan jeritan kala itu
Seolah tanda, dimana mataku tertatap bengis
Lalu senyuman lega, jadi kebahagiaan besar bagimu
Oh ibu
Begitu beruntung anakmu ini
Segala pelukan rindu yang ku rasa
Karna jasamu tlah membesarkan, merawatku
Mengajarkan segala apa yang harus aku tau
Bak tulus ikhlas tak berharap iba
Duhai ibu
Seorang wanita jua seorang ayah untukku
Selagak tubuh tuamu yang selalu kau ayun keras
Tangan dan kakimu bagai mesin tak bermata
Teruslah kau menepis semua kemungkinan asa untukku
Yang tak senikmat jejibahan orang-orang itu
Oh ibu
Tercatat, hari-harimu tak lepas pengorbanan
Di pagi amat mendayu, kau mulai pergi
Malam tlah meronggeng pun, kau baru kembali
Demi sereceh beras putih rebutan orang
Juga sebungkus roti susu kesukaanku
Duhai ibu
Diantara keramaian kota juang itu
Nampaklah nyata antara kau dan aku
Sesibuknya diriku, itu bukanlah apa-apa
Sebanyaknya urusanku, itu tak seberat bebanmu
Sesakit rasa lelahku, itu tak seberapa sakitnya bagimu
Ibu
Sosok tak kenal lelah
Di puncak pagi siang nan malam
Di mana jauh dekatnya ada rintang
Tak ada satu alasanpun kau hadirkan
Hanya ada senyuman, penutup lelah nan sedihmu
Ibu
Ku rasa
Jauh langkahku sampai sedetik kini
Ku temui sosok guru-guru hebat
Ku temui sosok motivator-motivator hebat
Mun semua tak lebih dari yang ku kira
Hanya engkaulah Ibu, sosok begitu luar biasa